jatimnow.com - Virus corona dipastikan telah menyebar ke enam benua di dunia. Ketidakpastian terkait upaya mengontrol penyebaran virus corona membuat Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan izin masuk ke negaranya dalam rangka ibadah umrah.
Media Arab Saudi, Arab News, yang dilansir Anadolu Agency, Kamis (27/2) melaporkan, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyatakan bahwa kebijakan penangguhan tersebut tidak hanya untuk calon jamaah umrah. Tapi juga berlaku bagi mereka yang ingin mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah.
Visa bagi turis dari negara yang dianggap berisiko tinggi corona juga akan dihentikan sementara. Mereka akan ditolak masuk ke Arab Saudi.
Petugas kesehatan akan memeriksa di titik masuk dari mana asal negara turis. Langkah penting disebut akan diambil untuk mencegah penyebaran corona ke Arab Saudi.
Saudi menegaskan, pembatasan ini bersifat sementara. Kebijakan ini akan ditinjau terus oleh lembaga kesehatan nasional.
Kerajaan disebut mendukung upaya pencegahan virus corona menyebar. Warga negara Saudi juga telah diminta untuk pergi ke negara yang terdampak corona.
Sebanyak tujuh juta jamaah umrah memadati Arab Saudi tiap tahun. Mayoritas jamaah tiba di bandara Jeddah dan Madinah.
Tujuh orang Saudi menjadi kasus positif corona terbaru di Bahrain dan Kuwait. Menteri Kesehatan Bahrain mengatakan enam wanita Saudi dites positif corona.
Mereka tiba di bandara internasional Bahrain dengan penerbangan dari Iran. Total jumlah kasus positif di corona di sana mencapai 26. Sekolah dan kampus telah ditutup selama dua pekan akibat corona.
Kasus corona di Kuwait terjadi pada seorang pria warga negara Arab Saudi. Ia tiba ke negaranya dari kota Mashhad di Iran.
Deputi Menteri Kesehatan Publik Dr Hani bin Andul Aziz Jokhdar mengatakan Arab Saudi memberi panduan kesehatan untuk mengontrol penyebaran virus.
Termasuk cara menghadapi masalah kesehatan darurat. Panduan tersebut didasari dari praktik dan pengalaman Saudi melindungan kesehatan jamaah Haji selama ini.
Jamaah haji indonesia berdoa usai melempar Jumrah Aqabah di Jamarat, Mina, Arab Saudi, Senin (12/8).
Larangan umrah namun belum diterima Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umroh dan Haji (SAPUHI), Syam Resfiadi. Ia mengatakan belum mendapatkan informasi secara resmi berupa pengumuman langsung ke pemerintah Indonesia atau ke negara lain.
Menurutnya, pihaknya masih mendapatkan informasi itu dari berita di internet dan dari rekan-rekannya yang membaca pengumuman di sistem penyedia visa umrah elektronik (e-visa) Saudi.
Ia mengatakan, proses pengajuan visa sementara ini ditunda, dan bahkan pengajuan yang sudah diproses pun terbatalkan.
"Dari segi visanya memang tidak bisa diproses lebih lanjut, berhenti dahulu mungkin sampai Saudi siap untuk penanganan kedatangan turis atau jamaah," kata Syam Resfiadi.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa calon jamaah umrah yang telah mendapatkan visa dan yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci tetap masih boleh berangkat.
Selama visa umrah tersebut masih ada, maka jadwal pesawat akan masih tetap sesuai rencana keberangkatan.
"Mungkin itu belum mencapai larangan. Jamaah Sapuhi yang pagi ini masih bisa berangkat," ujarnya.
Ia juga belum mendapat pengumuman pesawat tidak boleh terbang atau membatalkan penerbangannya ke Saudi. Sehingga, jamaah yang telah mendapatkan visa akan tetap berangkat sesuai jadwal.
Anggota Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzilly mengharap Arab Saudi menjelaskan batas waktu pelarangan kegiatan umrah.
Politikus Golkar itu mengatakan, yang menjadi perhatian utama adalah para jamaah asal Indonesia yang telah terjadwal berangkat umrah. Penghentian kegiatan umrah diyakini menimbulkan keresahan para jamaah.
Baca juga:
Golkar Jatim Siapkan Kegiatan Sambut Ramadan, Pengurus Daerah Wajib Tahu
"Yang kami pikirkan tentu para jamaah umrah yang sudah diagendakan untuk melakukan pemberangkatan saat ini. Tentu mereka sangat berharap bisa berangkat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh travel," kata Ace.
Namun, lanjut dia, pihak Arab Saudi juga memiliki pertimbangan yang kuat dengan kebijakan ini. Arab Saudi memang negara yang setiap hari didatangi warga negara lain dari seluruh dunia untuk pelaksanaan ibadah umrah, termasuk jamaah muslim dari China.
Ace mengaku kaget dengan kebijakan Arab Saudi. Ace sendiri menilai, seharusnya Pemerintah Arab Saudi sudah sangat siap untuk menghadapi persebaran Virus Corona.
Terlebih, Arab Saudi pernah menangani penyebaran Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada tahun 2013 yang lalu.
Warga Teheran Iran melintasi jalanan kota menggunakan masker, Sabtu (22/2).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat untuk pertama kalinya pertambahan kasus positif Covid-19 secara global di berbagai negara melampaui pertambahan kasus baru virus tersebut di negara China.
Berdasarkan laporan situasi harian terkait per tanggal 25 Februari 2020 yang dikutip dari laman resmi WHO di Jakarta, Kamis, kasus terkonfirmasi secara global sebanyak 81.109.
Ada penambahan 871 kasus baru, dengan rincian 459 kasus baru terjadi di 37 negara di luar China dan 412 kasus bertambah di China.
WHO mencatat, pertambahan kasus di luar China lebih banyak dibandingkan Negeri Tirai Bambu itu yang merupakan episentrum pertama virus sejak kemunculan kasus pertama pada 8 Desember 2019.
Di China total kasus hingga hari kemarin menjadi 78.191 kasus positif dengan total angka kematian akibat virus mencapai 2.718 (52 kasus kematian baru).
Total kasus di luar China sebanyak 2.918 kasus terkonfirmasi di 37 negara dengan angka kematian mencapai 43 jiwa (sembilan kasus kematian baru).
Baca juga:
Menkes Perkirakan Pandemi Covid-19 Berubah jadi Endemi
Empat negara baru yang melaporkan kasus corona adalah Algeria, Kroasia, Austria, dan Swiss. Algeria merupakan negara dari kawasan Afrika pertama yang mencatatkan kasus positif virus corona jenis baru.
Sebelumnya Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan bahwa tim gabungan WHO dan otoritas China telah menyelesaikan laporan kajian terkait COVID-19 yang dikumpulkan dari berbagai wilayah daratan China.
Laporan itu menyebutkan bahwa wabah virus corona yang diyakini berasal dari kelelawar tersebut telah melewati masa puncaknya yaitu antara 23 Januari hingga 2 Februari 2020.
Laporan tersebut juga mengungkapkan angka kematian per kasus antara 2 persen hingga 4 persen di Wuhan, dan 0,7 persen di provinsi lain di luar Wuhan.
Orang yang terinfeksi dan mengalami gejala ringan akan sembuh dalam waktu sekitar dua minggu, dan orang yang mengalami gangguan kesehatan serius bisa sembuh dalam waktu enam minggu.
Di kawasan Pasifik Barat kasus terbanyak terjadi di Korea Selatan (1.261) dengan 284 kasus baru, Jepang (164) dengan tujuh kasus baru, Singapura (91) bertambah satu, Australia (23) bertambah satu, Malaysia (22), Vietnam (16), Filipina (3), Kamboja (1). Untuk wilayah Asia Tenggara yaitu Thailand (40) bertambah tiga, India (3), Nepal (1), Sri Lanka (1).
Penyebaran di Benua Amerika terjadi di Amerika Serikat (53), dan Kanada (10) tanpa penambahan kasus baru. Wilayah Eropa paling banyak di Italia (322) bertambah 93 kasus, Jerman (18) bertambah dua, Inggris (13), Prancis (12), Austria (2), Israel (2), Rusia (2), Spanyol (2), Belgia (1), Finlandia (1), Swedia (1), dan Swis (1).
Untuk wilayah Timur Tengah paling banyak dilaporkan terjadi di Iran (95) dengan penambahan 34 kasus baru, Bahrain (26) bertambah 18 kasus baru, Uni Emirat Arab (13), Kuwait (12) bertambah empat kasus baru, Irak (5) bertambah empat kasus, Oman (4) bertambah dua, Afghanistan (1), Lebanon (1), dan Mesir (1).
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama jatimnow.com dengan Republika.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Republika.co.id
URL : https://jatimnow.com/baca-24294-arab-saudi-hentikan-sementara-izin-masuk-jemaah-umrah-terkait-corona