Pixel Codejatimnow.com

227 Perawat di Jatim Terpapar Corona, 12 Diantaranya Meninggal

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Farizal Tito
Virus Corona/ wikipedia
Virus Corona/ wikipedia

jatimnow.com - Sebanyak 277 perawat atau tenaga kesehatan (nakes) di Jawa Timur terpapar Virus Corona atau Covid-19.

"Jadi sampai dengan hari ini 277. Mungkin bisa saja bertambah terus karena beberapa kabupaten/kota untuk perawat, teman-teman PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) belum melapor sebagian," kata Ketua DPW PPNI Jatim, Prof Nursalam kepada jatimnow.com, Senin (13/7/2020).

"Dari 277 perawat itu ada 12 jiwa yang meninggal dunia," imbuhnya.

Ia memaparkan, 12 perawat yang meninggal dunia terdiri dari 7 jiwa di Surabaya, 1 Kota Malang, Kota Bojonegoro 1, Sidoarjo 1 orang, Sampang 1 dan Tuban 1.

"Ada lima sebab yang mengakibatkan perawat terpapar hingga meninggal dunia," ujar dia.

Yang pertama, penyebab perawat terpapar Corona itu adalah melonjaknya pasien maka risiko tertular juga sangat tinggi. Banyak pasien yang periksa dan menjalani pelayanan di puskesmas atau rumah sakit tanpa gejala (OTG), dengan kasus bukan Covid-19.

"Sehingga protokol kesehatan (penggunaan APD) belum sesuai," katanya.

Baca juga:
1 Perawat RSUD Ponorogo Meninggal Positif Covid-19, Poli Paru Ditutup Sementara

Kedua, perawat merupakan profesi terbanyak dalam jumlah dan waktu untuk berinteraksi. Istilahnya: FITT (Frekewensi, Intensitas, Time dan Type) kontak yang tinggi.

Ketiga, penataan dan pengelolaan jam kerja, beban kerja, kedisiplinan dalam APD, pemenuhan kebutuhan dasar termasuk kesejahteraan, misal insentif yang sampai sekarang belum terealisasi di Jatim.

Keempat belum dilaksanakannya PCR kepada perawat secara masif dan berkala (setiap 14 hari).

Baca juga:
Seorang Dokter dan Perawat di Sidoarjo Meninggal Terkonfirmasi Corona

"Supaya bisa di deteksi sejak awal dan utk melindungi perawat dan masyarakat (pasien) dari risiko penularan," ujar dia.

Kelima, sistem pelayanan kesehatan dalam promotif dan preventif (sebagaimana standar new normal yang dikeluarkan WHO) belum optimal diimplementasikan.

"Sehingga program 3T belum bisa berjalan dengan baik. Perlu pemberdayaan dan peningkatan peran perawat," tandasnya.