Pixel Codejatimnow.com

Tradisi Ngudek Jenang, Bukti Guyub Rukun Warga Tulungrejo Kota Batu

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Achmad Titan
Tradisi ngudek jenang warga Tulungrejo, Kota Batu
Tradisi ngudek jenang warga Tulungrejo, Kota Batu

jatimnow.com - Warga Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tetap semangat jaga tradisi ngudek jenang bersama dalam rangka selamatan sebagai ucapan syukur dan memohon perlindungan dari Sang Pencipta di tengah Pandemi Covid-19.

Selain itu tujuan yang tak kalah penting yaitu sebagai uri-uri budaya yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Bukan hanya keselamatan, tapi warga berharap terciptanya kerukunan umat beragama lebih terjalin.

Kepala Desa Tulungrejo, Suliono mengatakan puluhan warga berkumpul mengaduk secara bergantian di atas 5 wajan besar berukuran 1,35 meter. Mereka membuat 200 kilogram jenang sejak Senin (24/8).

"Ngudek jenang ini menjadi tradisi yang selalu dilakukan warga untuk menjaga kesatuan dan persatuan serta keguyuban di desa ini. Terpenting sebagai ucap syukur kepada Sang Pencipta dan memohon keselamatan, dijauhkan dari semua penyakit," kata Suliono, Selasa (25/8/2020).

Ia memaparkan, ngudek jenang yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk jenang merupakan tradisi masyarakat Desa Tulungrejo dahulu kala. Tradisi ini selalu dilakukan saat ada hajatan pernikahan atau saat merayakan hari raya.

Baca juga:
Sejak Kapan Tradisi Halal Bihalal Ada di Indonesia? Simak Penuturan Khofifah Ini

"Ada filosofi dari ngudek jenang ini. Yakni seberat-berat mengaduk jenang itu, akan menjadi ringan, karena jenang itu harus dimatangkan dengan sekuat tenaga kita secara bersama. Dari situlah terciptanya guyub," terangnya.

Jenang yang sudah masak ini akan dibungkus dengan menggunakan bungkus daun pisang, kemudian dibagikan kepada semua warga untuk disantap bersama.

Baca juga:
Tradisi Memberi Parcel dan Hampers di Hari Special, Apa Sih Bedanya?

Dalam proses pembuatan nampak warga mengaduk campuran tepung beras, tepung ketan, gula jawa, kelapa serta jahe yang dimasak dalam satu wajan. Wajan ini ditaruh diatas pawonan, sebuah kompor yang terbuat dari tanah berbahan bakar kayu.