Pixel Codejatimnow.com

Rumah Bung Karno di Surabaya dan Penelusuran Peter A. Rohi

Editor : Redaksi  Reporter : Budi Sugiharto
Peter bersama prasasti yang ditandatangani  Wali Kota Surabaya Bambang DH/istimewa
Peter bersama prasasti yang ditandatangani Wali Kota Surabaya Bambang DH/istimewa

jatimnow.com - Membicarakan rumah kelahiran Presiden Soekarno atau dikenal sebagai Rumah Bung Karno di Surabaya tak bisa mengabaikan begitu saja nama almarhum Peter Apollonius Rohi atau Peter A. Rohi.

Peter A. Rohi mulai menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1970. Ia juga dikenal sebagai penelusur jejak Soekarno dan menjadi salah satu tokoh yang memperjuangkan sebuah rumah di Jalan Peneleh Surabaya.

"Ada pembelokan sejarah tentang kelahiran Presiden RI pertama, Soekarno zaman orde baru. Bung Karno disebut dilahirkan di Blitar, Jawa Timur," kata M Zurqoni, teman dekat almarhum Peter A Rohi, Senin (1/9/2020).

Pemilik Warung Kopi Mbah Cokro yang kala itu selalu mengantar almarhum Peter A Rohi melacak rumah kelahiran Soekarno di Peneleh, Kecamatan Genteng.

Penelusuran jejak Soekarno di Kota Pahlawan dilakukan jurnalis asal NTT itu jauh sebelum Pemkot Surabaya memutuskan untuk membeli rumah bersejarah itu.

Soekarno Institut yang digagas almarhum memperjuangkan pelurusan sejarah kelahiran Soekarno, lebih dari 10 tahun.

"Waktu itu Pakk Peter nyebut, sebelum aku mati, saya harus bisa kasih tetenger kelahiran Soekarno," kata Zurqoni menirukan Peter.

Peter A Rohi adalah pengagas Soekarno Institut, membuat riset bertahun-tahun untuk menggali data tentang Soekarno

"Waktu itu banyak yang meragukan hasil riset Pak Peter," kata pria yang juga menjadi ketua ikatan alumni STIKOSA-AWS itu.

Pada tahun 2010 menurutnya ada yang menarik. Saat itu, Pak Peter menggelar arak-arakan batu prasasti untuk rumah kelahiran Soekarno di Pandean Gang IV itu.

"Saya dapat tugas khusus mencarikan grup Tari Remo. Pada hari H-nya ikut sepanjang perjalanan," kenangnya.

Prasasti yang diarak dari Kampung Malang, rumah almarhum, itu ditandatangani Bambang Dwi Hartono saat sebagai wali kota pada 29 Agustus.

Wartawan senior lulusan Stikosa - AWS itu meninggal dunia pada pukul 06.45 Wib, Rabu (10/6/2020). Sang tokoh pewarta itu meninggal di RS St. Vincentius A Paulo atau RKZ Surabaya.

Ia berharap Pemkot Surabaya tidak melupakan peran almarhum yang telah berhasil menelusuri hingga menemukan tempat kelahiran Putra Sang Fajar di Surabaya.

"Salah satu cita-cita beliau yang belum tercapai adalah memindahkan Patung Karapan Sapi (depan BRI Tower) ke pintu masuk Suramadu," kata Zurqoni.

Kenapa Patung Karapan Sapi itu harus dipindah?

"Konon di tempat patung yang sekarang harusnya berdiri patung pahlawan tak dikenal. Karena menurut beliau, lokasi tersebut dulu adalah tempat menimbun pejuang korban pertempuran 10 November," terangnya.

Rumah di Peneleh Gang Pandean IV Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng itu oleh Pemkot Surabaya akan dijadikan museum.

Rumah kelahiran Soekarno jadi sorotan, karena Pemkot Surabaya membelinya namun tidak mengumumkan ke publik.

Sesuai siaran pers Humas Pemkot Surabaya, Wali Kota Tri Rismaharini menyampaikan terimakasih banyak kepada para ahli waris rumah kelahiran Bung Karno yang telah sudi dan berkenan merelakan rumahnya diserahkan kepada Pemkot Surabaya. Menurutnya, rumah ini adalah rumah kebanggaan bersama dan merupakan simbol kebanggaan bersama.

Baca juga:
Kader Banteng Kota Yogyakarta Serap Api Perjuangan Bung Karno di Kampung Pandean dan Peneleh

"Terimakasih para ahli waris yang sudah sudi dan berkenan merelakan rumah kebanggaan kami, ini simbol kebanggaan kami. Nanti rumah ini akan kita jadikan museum, apalagi di kawasan ini banyak sejarahnya dan sudah kita beri titik-titik, seperti langgar, makam dan beberapa benda lainnya," kata Wali Kota Risma seusai menerima rumah kelahiran Bung Karno itu pada 17 Agustus 2020.

Pada materi siaran pers yang dikirimkan humas saat itu tidak disebutkan sama sekali jika rumah bersejarah itu dibeli pemkot.

"Kalau rela ya ga papa. Baik-baik, ajak. Tapi kemarin dinas tanah saya tanya, sudah diappraisal. Itu bisa diartikan ada tawar-menawar. Kalau rela, pemkot kasih uang itu santunan atau istilah lain saperti uang jasa. Tidak pakai appraisal," ujarnya.

Harga yang disepakati dua belah pihak sengaja dirahasiakan. Baik pemkot maupun pemilik rumah bernama Jamela tutup mulut. Namun, Jamela sedikit mebocorkan nilainya. Di atas Rp 1 Miliar.

Berapa nilai pembeliannya?

"Kalau masalah nilai, kita mohon maaf. Karena kan masih proses. Tapi kalau dibeli Pemkot (Surabaya) benar," jawab Jamela.

Apakah benar di atas Rp 1 Miliar?

"Iya, itu. Pokoknya ya itu sudah dibeli Pemkot, tapi masih proses," sebutnya.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya Chusnul Chotimah sebelumnya memastikan bila Pemkot Surabaya melalui Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) membeli rumah itu.

"Dibeli dengan appraisal, kalau tidak salah sekitar Rp 1,2 M. Coba cek juga ke dinas tanah," kata Chusnul Chotimah pada pukul 09.02 Wib, Minggu (30/8/2020).

Baca juga:
Rumah Lahir Bung Karno Diresmikan jadi Wisata Sejarah

Tidak cuma-cuma?

"Tidak," jawab politisi PDIP ini.

Dan ternyata Pemkot Surabaya disebut belum melakukan pembayaran pembelian. Belum terjadinya pelunasan itu diungkap anggota Komisi A DPRD Surabaya Moch Machmud, Senin (1/9/2020) pagi.

"Sampai sekarang belum dibayar," jawab politisi Partai Demokrat ini.

Pemkot Surabaya sama sekali belum melakukan pembayaran alias Rp Nol?

"Kayaknya gitu," jawabnya.

Uang tanda jadi atau uang muka?

"Belum," katanya.

"Antisipasi aja jika ada beda harga. Jadi masalah baru karena sudah diumumkan viral," tambah mantan ketua DPRD Surabaya. Pemkot, kata Machmud, sekarang juga dewan pendidikan dalam proses itu.

"Ke mana-mana pakai dewan pendidikan sagala," imbuhnya.