Pixel Code jatimnow.com

Pilwali Surabaya 2020

Isu Rekom Eri-Armudji Rp 50 Miliar, Riswanto Sudah Dipanggil PDIP?

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Sandhi Nurhartanto
Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI Perjuangan Kecamatan Bulak, Riswanto/ foto istimewa
Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDI Perjuangan Kecamatan Bulak, Riswanto/ foto istimewa

jatimnow.com - Ketua PAC PDIP Bulak, Surabaya Riswanto sudah dimintai keterangan terkait beredarnya rekaman yang menyebut adanya mahar rekomendasi untuk Eri Cahyadi-Armudji Rp 50 Miliar?

"Saya sudah klarifikasi," jawab Bang Ris, panggilan Riswanto, Kamis ( 8/10/2020).

"Bahwa isu itu tidak benar," tambahnya tertulis kepada jatimnow.com.

Baca juga: 

Sudah dipanggil ke DPC PDIP Surabaya terkait rekaman berdurasi 6 menit 12 detik itu? Anggota DPRD Surabaya itu tidak menjawab.

Ia hanya memberikan dua link berita media yang memuat dirinya membantah mahar rekomendasi Eri-Armudji sebesar Rp 50 Miliar.

Begitu juga saat ditelepon, Riswanto tidak meresponnya.

Sebelumnya, dalam rekaman berdurasi 6 menit 12 detik, disebut jika pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Eri Cahyadi-Armudji disebut membayar ke DPP PDIP senilai Rp 50 Miliar untuk mendapatkan rekomendasi.

"Tanggal 9 Desember nanti kita ada hajatan pilkada, pilwali. Nah sekarang ini kita dihadapkan dengan situasi yang sangat bagi kita sulit. Bagi orang lain tidak, karena memang ini pilihan. Kita dihadapkan pada sesuatu hal yang memang mungkin teman-teman sudah akhir dari segalanya," bunyi suara pria yang diduga di dalam sebuah pertemuan itu.

Dari rekaman tersebut, sang pemilik suara mengaku sebagai Bang Ris. Itu terdengar pada rekaman dari menit 02:53.

"Kita bukan tidak sepakat, ya kita tidak siap menerimanya. Tapi karena ini memang perintah dari DPP pusat, ibu ketua umum yang tanda tangan, ya kita harus hormat. Kalau tidak hormat, ya tidak usah masuk ke PDI Perjuangan," katanya.

Baca juga:
Machfud Arifin Ikhlas dan Doakan Eri Cahyadi-Armudji

"Terus apa yang harus kita kerjakan? Bapak ibu sekalian tunggu perintah dari Bang Ris. Sampai sekarang pun Bang Ris belum ada perintah dari DPC. Belum ada perintah dari tim sukses," tambahnya.

Dari suara yang mengaku 'Bang Ris' itulah muncul informasi dugaan rekomendasi turun ke Eri Cahyadi-Armudji karena membayar.

"Bapak ibu mungkin sudah tahu ceritanya, kalau Pak Eri dan Pak Armudji membayar di DPP Rp 50 Miliar. Apa ada yang sudah paham ya?. Jadi Pak Eri dan Pak Armudji itu membayar Rp 50 Miliar di Jakarta. Makanya Pak WS (Whisnu Sakti) nggak direkom. Kalau kita melihat itu, kan kita sakit," katanya.

"Saya pernah ngomong ke Pak Armudji. Pak Armudji mohon maaf saya tidak ada dana. Kalau ada dana saya jalan. Kalau tidak ada dananya, saya tidur," tambahnya.

"Dan Pak Armudji menyampaikan, saya siap. Siapnya kita nggak tahu. Makanya, bapak ibu teman sekalian, monggo bergerak dengan inisiatif teman-teman silahkan. Bergabung dengan relawan Eri ya silahkan, saya tidak melarang," imbuhnya melanjutkan.

Baca juga:
Kuasa Hukum MAJU Sayangkan Dana Kampanye Erji Nol Rupiah Tak Ditindak

Situasi tersebut, disebut, membuat dilema para kader banteng. Sang pemilik suara ini melihat di masyarakat bahwa Eri Cahyadi lebih tertarik dan lebih senang bermain dengan relawannya daripada dengan kader partai.

"Tapi kalau untuk secara formal PAC Bulak, tunggu perintah dari Bang Ris. Tunggu perintah saya selaku ketua. Artinya kita tidak menghalang-halangi, tidak. Tapi kita harus menunggu perintah DPC seperti apa. Karena mengkondisikan orang butuh dana tidak sedikit. Jadi kalau ada masyarakat yang ingin mengadakan pertemuan," jelasnya.

Bang Ris sebelumnya juga mengaku tidak tahu dan tidak pernah mengadakan pertemuan.

Ketua DPC PDIP Kota Surabaya Adi Sutarwijono menganggap isi rekaman tersebut sebagai fitnah dan menyiapkan langkah hukum.

Eri Cahyadi maupun Armudji melalui keterangan pers juga membantah isu itu. Mereka mengaku tidak pernah membayar mahar.