jatimnow:.com - Marsekal Pertama (Purn) Sugiharto mempunyai pengalaman diusir babinsa saat masuk ke mushola di perkampungan. Namun ia tak marah, karena menyadari tugasnya itu beresiko diusir atau dimusuhi orang.
"Seperti saya jenderal dibentak-bentak babinsa wajar. Siapa kamu, kurang ajar. Siapa yang menyuruhmu masuk mushola sini. Mana surat-surat, mana KTP-mu, cepat keluarkan cepat keluarkan aku babinsa sini," kata Sugiharto menceritakan pengalamannya berdakwah di daerah pelosok di kepada jatimnow.com di Masjid Arif Nurul Huda, komplek Mapolda Jatim, Jalan A Yani, Surabaya, Jumat (2/3/2018).
"Iya pak," jawabnya pada waktu itu. Sugiharto yang pernah menjadi penerbang senior TNI AU dan kini menjadi ustaz ini tidak membalas dengan kemarahan meski dibentak-bentak.
Namun, sang babinsa itu tetap menghardiknya.
"Cepat! Siapa yang menyuruh kamu ke sini," bentak babinsa yang ditirukan Sugiharto.
Kebetulan saat itu ada juga rombongan berpangkat Letnan Kolonel Infantri Edi di sebelahnya. Dia menyerahkan kartu tanda anggota (KTA) kepada babinsa itu.
Babinsa itu langsung meminta maaf dan mengambil posisi siap. "Siap!" teriaknya kala itu.
"Yang kau bentak-bentak itu jendral (Marsekal Pertama TNI Angkatan Udara)," tutur Sugiharto menirukan ucapan Letkol Edi.
Katanya, saat berdakwa kemudian dimusuhi, dihujat, menurutnya sudah biasa.
"Itu sudah biasa. Rasulullah saja dilempari batu, diludahi," ujarnya.
Ia menceritakan, ketika dirinya masih anggota aktif dan menjadi pengurus masjid di komplek Bandara Halim Perdana Kusuma, juga pernah melakukan hal yang sama. Membentak-bentak orang.
"Dibentak-bentak babinsa itu wajar. Saya pernah mengalami selama 6 tahun. Saya Ketua Dewan Masjid Al Barkah di Halim. Ada orang berjenggot masuk (masjid) kutembak kamu. Kamu kutempeleng. Saya sempat begitu. Enam tahun, medeni (menakutkan)," tuturnya.
Sugiharto yang menjadi khatib Salat Jumat di Masjid Arif Nurul Hud, komplek Mapolda Jatim, mengatakan jika dirinya memang bukan lulusan perguruan tinggi agama Islam. Tidak pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Tidak pernah mengikuti pelatihan Dai.
Dirinya 'berhijrah' ketika kenal dengan seorang berpangkat Mayor Infantri di TNI Angkatan Darat, sekitar tahun 2006.
Saat itulah, ia rajin mengikuti kegiatan iktikaf di masjid bersama Komjen Pol (Purn) Anton Bahrul Alam selama tiga hari mulai Jumat sampai Minggu setiap sebulan sekali.
Kemudian berjalan kaki berdakwah ke kampung-kampung. Kadang berdakwah dengan mengendari mobil, setelah Salat Jumat sampai Minggu.
"Jam lima sore ketuk pintu tetangga untuk mengajak salat berjamaah di masjid. Jam dua pagi membangunkan untuk salat tahajud, salat tasbih, ditutup salat witir," tuturnya.
Pria yang pernah menjabat sebagai Bandep Sosbud Setjen Watannas ini menambahkan, manfaat salat malam tersebut, termasuk Salat Tasbih yang bisa menghapuskan dosa kecil maupun besar, dosa disengaja maupun tidak disengaja.
Reporter: Rois Jajeli
Editor: Budi Sugiharto
Baca juga:
Foto: Mbah Niah, 81 Tahun Tetap Jualan Rujak untuk Rawat Suami
URL : https://jatimnow.com/baca-322-kisah-marsekal-pertama-purn-sugiharto-pernah-diusir-babinsa