Pixel Code jatimnow.com

Sederet Cara Disparta Kota Batu Wujudkan Desa Wisata Berkualitas

Editor : Redaksi   Reporter : Advertorial
Disparta Kota Batu menggelar raker dengan tema 'Peningkatan Kapasitas dan Optimalisasi Peran Kelembagaan'
Disparta Kota Batu menggelar raker dengan tema 'Peningkatan Kapasitas dan Optimalisasi Peran Kelembagaan'

jatimnow.com - Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu menggelar rapat kerja (raker) dengan tema 'Peningkatan Kapasitas dan Optimalisasi Peran Kelembagaan' untuk mewujudkan desa dan kelurahan wisata berkualitas.

Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Sidiq mengatakan, kegiatan ini untuk mewujudkan visi misi 'Desa Berdaya Kota Berjaya', sehingga pembangunan desa wisata terwujud secara profesional dan tidak boleh dengan sistem yang parsial.

"Perangkat desa perlu menentukan lembaga apa yang mengelola desa wisata agar tidak terjadi tumpang tindih. Kelembagaan desa wisata ini fungsinya untuk mengatur segala pengelolaan desa wisata," jelasnya di depan seluruh perwakilan perangkat desa/kelurahan bersama lembaga tiap desa, Kamis (4/3/2021).

Menurutnya, kelembagaan desa wisata ini perlu didirikan dengan serius dan beriringan. Sehingga tercipta kolaborasi diimbangi dengan konsep-konsep yang matang untuk memajukan wisata yang menonjolkan kearifan lokal.

"Jika terintegrasi nanti bisa saling melengkapi antara paket wisata antar desa. Kita bisa lihat wisata di desa Kota Batu mempunyai potensi yang berbeda-beda dan luar biasa. Sayang bila tak terkelola dengan baik. Agar terealisasi, disparta akan mendampingi sehingga bisa menjadikan lembaga desa yang profesional dan memiliki manajemen secara detail," ungkap Arief.

Disparta Kota Batu menggelar raker dengan tema 'Peningkatan Kapasitas dan Optimalisasi Peran Kelembagaan'Disparta Kota Batu menggelar raker dengan tema 'Peningkatan Kapasitas dan Optimalisasi Peran Kelembagaan'

Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu ini menyebut, lembaga yang terbentuk atau dinamakan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) harus mengikuti perkembangan zaman. Langkah itu harus dilakukan agar dapat berjalan beriringan dengan selera dunia wisata.

"Peran IT sangat penting saat ini, itu bisa dimanfaatkan. Nanti bisa membuat website dan memaksimalkan sosmed seperti Instagram, Facebook, Twitter, hingga YouTube untuk wadah promosi. Harapannya pengelolaan berbasis IT itu ditujukan untuk menggaet pasar wisata yang lebih luas," harap dia.

Bisa dipastikan nanti semakin marak jika pengelolaannya berbasis IT supaya kualitas desa wisata di Kota Batu semakin diakui wisatawan regional atau nasional. Intinya pengelolaan kelembagaan desa wisata digarap dengan serius agar manajemen desa wisata dapat tergarap dengan detail.

"Kita akan dukung itu mulai hulu hingga hilir supaya spirit desa dan kelurahan wisata bisa terwujud dengan maksimal," tegas Arief.

Ketua Asosiasi Petinggi Desa dan Lurah (APEL), Wiweko berharap, sinergi ini bisa terus berjalan secara maksimal sehingga terwujud wisata ideal dan berkualitas yang berada di desa dan kelurahan.

Pasalnya, pengelola desa wisata tak bisa bergerak jika pemdes tak mendukung dan pemdes pun tidak bisa bergerak jika tidak didukung oleh Pemkot Batu.

Baca juga:
3 Desa Wisata Jatim Borong Penghargaan ADWI 2024 dari Kementerian Pariwisata

"Karena pembangunan desa wisata ini perlu dana yang besar, harus ada bantuan dari pemerintah. Nanti pokdarwis bersama Pemkot Batu untuk mengadakan agenda rutin menjalin kolaborasi ataupun sharing untuk bergotongroyong memajukan wisata di Kota Batu," urai Kepala Desa Oro-oro Ombo ini.

Ketua Pokdarwis Jatim, Purnomo Anshori tak ingin warga Kota Batu hanya jadi penonton makanya perlu keseriusan semua pihak. Ia menilai masa itu harus diakhiri karena Kota Batu milik masyarakat melalui Pokdarwis.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As SidiqKepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Arief As Sidiq

"Bagaimana pun kemajuan pariwisata ada di tangan kita makanya perlu penguatan kelembagaan desa wisata yang jelas. Pengelolaan desa wisata harus dipegang oleh satu lembaga saja. Baik itu Bumdes, Pokdarwis, Ladesta atau lembaga desa wisata," pesan Anshori.

Awalnya pengurus tak boleh berfikir keuntungan. Niat utama yaitu kemajuan desa wisata di daerah setempat. Kemudian dalam mengelola desa wisata perlu pemahaman tentang perbedaan wisata desa dan desa wisata.

"Pemahaman ini diperlukan agar pengelola desa wisata dapat memposisikan diri secara tepat. Wisata desa adalah wisata yang menyajikan pengalaman sesaat yang menjadikan penduduk desa sebagi objek," terang pria asal Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang membawa desanya menjuarai tingkat nasional ini.

Baca juga:
SOMRDPE Indonesia 2nd ASEAN Village Network Meeting Berlanjut di Kota Batu

Harusnya, tambah dia, desa wisata adalah wisata yang mengedepankan pengalaman hidup di desa yang diselenggarakan dengan interaksi antar wisatawan dengan penduduk desa. Sehingga diperlukan paket wisata yang tertata agar penduduk desa dapat berlaku sebagai subjek.

"Jadi di desa wisata ini, penduduk desa sebagai subjek. Nanti akan ada paket wisata itu meliputi agenda wisata, tempat wisata hingga homestay sebagai tempat menginap. Paket wisata itu harus dikonsep dengan baik," tambah dia.

Nantinya, pokdarwis harus jeli menggali potensi desanya. Sebab potensi kultur masyarakat yang membedakan desa satu dan desa lain. Keuntungan lainnya bila bisa menemukan potensinya masing-masing tidak ada efek negatif bersaing antar desa dan kelurahan.

"Intinya pariwisata di Kota Batu harus jadi milik Pokdarwis. Mulai sekarant kita harus berkomitmen satu sama lain dengan pendampingam pemerintah secara kontinue," tutupnya. (Adv)