Pixel Codejatimnow.com

Melihat Kerajinan dari Limbah Kayu Kayu Pemuda Desa Sidoharjo, Ponorogo

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Mita Kusuma
Wandi menunjukkan kerajinan dari limbah kayu karya dirinya dan para pemuda Pemuda Desa Sidoharjo, Ponorogo
Wandi menunjukkan kerajinan dari limbah kayu karya dirinya dan para pemuda Pemuda Desa Sidoharjo, Ponorogo

jatimnow.com - Pandemi Covid 19 yang memaksa semua orang di rumah saja, membuat kreativitas Wandi (27) muncul. Dia bersama pemuda Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo memanfaatkan limbah kayu menjadi karya-karya bernilai tinggi.

Di rumah kreatif di Desa Sidoharjo, Wandi bersama para pemuda desa lainnya menyulap limbah kayu jati belanda menjadi barang-barang dengan nilai seni dan nilai jual tinggi.

"Saya ingin generasi muda di desa ini tidak habis. Karena banyak yang merantau ke luar pulau bahkan ke luar negeri," ujar Wandi, Minggu (21/3/2021).

Wandi mengaku prihatin melihat teman-teman kecilnya dulu banyak yang merantau, sehingga pemuda-pemudi di desanya habis. Padahal sebenarnya di Desa Sidoharjo banyak yang bisa diolah untuk mendapatkan penghasilan.

"Saya terus membentuk wadah pemuda yang saya kasih nama creative culture," ungkap dia.

Dia menjelaskan di dalam kelompok tersebut berisi pemuda dengan berbagai latar belakang pendidikan, mulai dari yang lulusan SMP hingga sarjana.

Wandi mengerjakan kerajinan dari limbah kayu bersama para pemuda Pemuda Desa Sidoharjo, PonorogoWandi mengerjakan kerajinan dari limbah kayu bersama para pemuda Pemuda Desa Sidoharjo, Ponorogo

"Tugasnya masing-masing. Ada yang bertugas sebagai produksi dan juga yang bertanggungjawab di bidang pemasaran," bebernya.

Dia mengaku di rumah creative culture ini limbah kayu jati belanda ini didesain sesuai pesanan. Ada yang minta jam dinding, gantungan kunci, name tag, miniatur perahu dan lainnya.

Baca juga:
Balap Liar saat Sahur di Lamongan Dibubarkan, Polisi Amankan 26 Pemuda

"Masalah harga tidak mahal. Sesuai tingkat kesulitan. Misalnya saja jam dinding custom sesuai permintaan pelanggan, hanya dibanderol mulai Rp 120 ribu hingga Rp 200 ribu," tambahnya.

Awalnya kayu jati belanda itu dipotong sesuai dengan kebutuhan. Lalu diperhalus dan diukir menjadi huruf atau bentuk-bentuk lain sesuai pesanan pembeli. Sengaja dirinya memilih kayu jati belanda, karena tidak keras juga tidak ada seratnya. Sehingga membuat tampilan terlihat lebih bagus.

"Saya membuat kerajinan-kerajinan ini secara otodidak. Lihat referensi, beli alat-alatnya dan langsung membuat," katanya.

Menurutnya, hasil kreativitas pemuda itu dipasarkan melalui media sosial Facebook hingga WhatsApp. Usaha tersebut baru mereka jalankan dua bulan.

Baca juga:
Temui Pemuda Surabaya di Warkop, Mahfud MD: Jangan Pilih Kalau Bukan dari Hati

"Kemarin ada yang pesan dari Jakarta. Tapi itu warga sini juga yang sekarang menetap di Jakarta," terang Wandi.

Dia menjelaskan, karena mendapat angin segar untuk usaha tersebut, dia lantas menjual motornya untuk modal usaha. Uangnya dibelikan alat agar produksi. Wandi dan pemuda lainnya bakal menambah jenis produk yang bisa mereka jual dengan memanfaatkan potensi di desanya.

"Kita juga ingin belajar memperbaiki pemasaran kita melalui media online. Tidak hanya di media sosial tapi juga di marketplace," ucapnya.

Dengan semakin banyaknya usaha di Desa Sidoharjo, Wandi berharap pemuda di desanya tak lagi merantau ke luar daerah. Dengan begitu Karang Taruna Desa Sidoharjo bisa hidup dan kegiatan kepemudaan bisa lebih aktif lagi.