Pixel Codejatimnow.com

Sekolah SPI Kota Batu Soal Dugaan Pelecehan Seksual: Itu Tidak Benar!

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Titan
Tim Kuasa Hukum JE dan SPI bersama Kepala Sekolah Risna Amalia menggelar konferensi pers di SPI Kota Batu
Tim Kuasa Hukum JE dan SPI bersama Kepala Sekolah Risna Amalia menggelar konferensi pers di SPI Kota Batu

jatimnow.com - Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu membantah tudingan bila pemilik berinisal JE melakukan kekerasan seksual, fisik dan ekspolitasi ekonomi kepada para murid atau alumni yang saat ini kasusnya ditangani Polda Jatim.

Hal itu disampaikan Kuasa hukum JE dan SPI, Recky Bernardus Surupandy saat menggelar jumpa pers di SPI, Kamis (10/6/2021). Recky menegaskan segala pernyataan yang telah tertulis di media adalah pernyataan yang tidak benar.

"Saya tegaskan tuduhan kepada klien saya baik dari media, tentang kekerasan fisik, seksual, eksploitasi itu tidak benar," tegas Recky.

Recky berharap agar publik tidak hanya menerima informasi dari salah satu pihak saja dan mengikuti seluruh proses hukum yang ada sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

"Tolong hormati proses hukum dengan baik. Jangan mengeluarkan pendapat ataupun opini-opini yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sehingga bisa menimbulkan dampak negatif," papar Recky.

Dia juga berpesan kepada semua pihak bila ada berita, pendapat ataupun opini yang beredar tanpa konfirmasi lebih dahulu serta tak bisa dipertanggungjawabkan, dia bersama kliennya akan melakukan tuntutan hukum sesuai undang-undangan agar proses belajar mengajar dan para siswa-siswi bisa tenang.

"Siswa-siswi tetap harus belajar dengan tenang. Apalagi kemarin ada beberapa pihak yang datang atau unjuk rasa dari salah satu ormas sehingga bisa menganggu jalannya pembelajaran," keluhnya.

Dia juga memastikan kliennya patuh pada hukum yang berlaku.

"Sebagai warga negara yang baik klien kami siap dan patuh pada proses hukum dan siap bila sewaktu-waktu dipanggil untuk menjalani pemeriksaan," ungkapnya.

Apalagi, lanjut dia, SPI menjadi harapan dan tumpuan untuk anak-anak. Bahkan pihak sekolah sudah berupaya semaksimal mungkin membuat sistem pengawasan yang sangat ketat. Sehingga tidak dimungkinkan berkeliaran tanpa pendampingan oleh guru pendamping.

"Jadi semua kegiatan itu didampingi guru atau pengawas bila tidak pasti berkelompok saat berkegiatan. Bila sampai ada kekerasan pasti sekolah yang menjadi pertama kali mengetahuinya. Tapi selama beroperasi belum ada pengaduan ke pihak sekolah baik tertulis maupun lisan," ujar Recky.

Lalu terkait dugaan eksploitasi ekonomi, Recky menyebut bahwa di SPI itu ada dua program pembelajaran yaitu reguler dan praktek keterampilan. Tujuannya supaya siswa yang mengikuti kegiatan bisa mendapat sertifikasi untuk memperoleh pekerjaan di kemudian hari.

"Dan perlu saya tekankan secara rutin SPI selalu mendapat pengawasan pihak dinas pendidikan baik dari Kota Batu maupun Provinsi Jatim," terangnya.

Untuk para murid yang menjalani program praktik lapangan dilakukan di jam pelajaran dan dengan pengawasan guru pendamping. Jika sudah para murid langsung kembali ke asrama.

"Di asrama mereka diawasi oleh ibu asrama, untuk keluar juga didamping oleh ibu pendamping sehingga terus terpantau," ungkap dia.

Baca juga:
Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Pelatih Menembak di Kota Malang Dipolisikan

Untuk para alumni, dia juga memastikan tidak ada paksaan bekerja di SPI. Pihaknya menerangkan tak pernah membuka lowongan pekerjaan. Jadi pihak sekolah memberikan kebebasan apakah mereka mau pulang atau tetap di sini untuk mengembangkan wawasan atau ilmu dalam segi Unit Praktek Lapangan (UPL).

"Makanya saya menyayangkan jika ada pihak yang mengaitkan kasus ini dengan pihak sekolah. Karena mulai awal sekolah ini untuk membantu anak-anak yang memiliki potensi," urainya.

Sementara Kepala Sekolah SPI, Risna Amalia juga membantah kekerasan yang terjadi di sekolahannya. Karena dalam kegiatan belajar mengajar selalu rutin mendapat pengawasan dan evaluasi. Pihaknya memiliki pengawas internal sekolah sendiri sehingga bisa dipastikan siswa-siswi terpantau dalam keseharian.

"Ada pengawas internal, tugasnya mengawasi semua siswa-siswi jadi tidak mungkin terjadi kekerasan," ujar Risna.

Bahkan pihaknya juga menyatakan bila SPI adalah sekolah tanpa dipungut biaya, berkurikulum SMA reguler ditambah keterampilan teknis. Sehingga lulus dua kompetensi pembelajaran reguler dan kompetensi bersertifikat.

"Dengan dilakukan pengawasan dan evaluasi oleh Dindik Jatim kita juga intens dengan banyak pihak untuk memaksimalkan perhatian bagi para murid. Termasuk juga kesehatan dan membiayai berobat secara penuh dan maksimal," tambah dia.

Melalui teleconference, Dr. Setyo Mulyadi yang biasa disapa Kak Seto merasa prihatin dengan pemberitaan SPI yang viral di berbagai media baik cetak, online dan elektronik.

"Karena sebelumnya saya mengenal SPI sebagai sekolah berprestasi nasional maupun internasional. Bahkan SPI bisa jadi contoh model sekolah lain di seluruh tanah air karena sistem reguler dan prakteknya yang luar biasa hingga membanggakan bangsa dan negara," tutur Kak Seto.

Baca juga:
Pegawai Senior BNI di Sumenep itu Bantah Lakukan Pelecehan

Karena menurut Kak Seto, di SPI bukan hanya pendidikan akademik saja, tapi pengembangan bakat dan minat. Itu bisa terlihat seperti adanya pagelaran teater yang tidak kalah dengan pagelaran Guruh Soekarno Putro.

"Itu salah satu kekaguman kami, dan saat ini tolong semua pihak menghargai proses hukum yang berlaku serta menjunjung tinggi asas praduga tidak tersalah. Jadi saya mohon berbagai pihak tidak melakukan bombardir sekolah dengan pernyataan," tegas dia.

Pria yang juga menjadi Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini tidak ingin tekanan dari berbagai pihak terhadap kasus yang sedang ditangani oleh Polda Jatim bisa berdampak pada siswa-siswi.

"Ada yang tidak mau belajar dan mau pulang. Makanya saya ingin sekali segera hadir di sana untuk melihat kondisi yang ada dan turut membesarkan hati anak-anak. Karena pasti ada dampak dalam pemberitaan yang belum selayaknya diungkap oleh salah satu pihak," ungkapnya.

Kak Seto kembali berpesan agar tidak ada pihak yang datang untuk melakukan demo-demo dengan mendatangi sekolah. Karena SPI sudah menjalankan program pembelajaran sesuai perundang-undangan. Sebab memang dalam pendidikan terkadang perlu ketegasan tapi bukan kekerasan untuk melahirkan kedisplinan.

"Tetap belajar dengan riang gembira. Bila ada apa-apa jangan takut sampaikan ke guru atau pembina. Rekan-rekan media tolong ciptakan media ramah anak," pinta dia.

"Banyak pihak yang terbukti memberikan apresiasi akhirnya bisa menjadi sekolah kebanggan baik di Kota Batu dan masyarakat. Pesan saya untuk anak-anak teruslah mengejar prestasi dengan menjunjung tinggi pemenuhan hak anak," tandasnya.