Pixel Code jatimnow.com

Hujan di Jatim Masih Tinggi Meski Musim Kemarau, Begini Penjelasan BMKG

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Ni'am Kurniawan
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda, Tri Teguh Susanto
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda, Tri Teguh Susanto

jatimnow.com - Meski saat ini masuk musim kemarau, tapi beberapa wilayah di Jawa Timur kerap dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Koordinator Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Tri Teguh Susanto menyebut, musim kemarau di Jawa Timur telah dimulai sekitar satu bulan lalu dan berakhir hingga September atau Oktober 2021.

"Mei sudah beberapa (masuk musim kemarau)," ujar Teguh kepada jatimnow.com, Senin (28/6/2021).

Teguh juga menyebut ada beberapa hal yang menyebabkan intensitas hujan di Jatim masih tinggi.

"Adanya peningkatan curah hujan di pekan ini dipicu oleh berasosiasinya beberapa fenomena dinamika atmosfir-laut yang cukup signifikan, memicu peningkatan curah hujan di wilayah Jawa Timur," papar dia.

Baca juga:
Fenomena Semburan Air Lumpur Kembali Gegerkan Warga Sidomulyo Bojonegoro, Tercium Bau Belerang

Menurut Teguh, faktor lain juga dimungkinkan karena menghangatnya suhu permukaan air laut lokal di sisi selatan Pulau Jawa-Nusa Tenggara yang membuat peningkatan uap air di atmosfer bumi.

Selain itu, menghangatnya suhu permukaan laut di perairan barat Sumatera dengan indeks dipole mode negatif, memicu munculnya pusat tekanan rendah di perairan dekat Sumatra-Jawa, yang berakibat terjadinya pemusatan aktivitas awan konvektif.

"Lalu siklus gelombang Madden Julian Oscillation (MJO) fase basah dan gelombang ekuatorial rossby menunjukkan adanya aliran massa udara pemicu hujan di wilayah kita," tambahnya.

Baca juga:
Fenomena Sayat Lengan Merebak di Ponorogo Dipicu Artis Korea Bunuh Diri, Miris!

Meski demikian, masyarakat Jatim dimintanya tidak perlu bingung. Dia memperkirakan masa kering di Jatim akan dimulai pada awal Juli 2021. Pihaknya juga sepakat jika anomali cuaca ini akan segera disampaikan ke masyarakat.

"Seiring meluruhnya MJO dan Gelombang Rossby diprakirakan awal Juli 2021 akan kembali kering. Informasi ini akan kami update jika anomali musim kemarau akan berpotensi terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang," tandas Teguh.