Pixel Code jatimnow.com

Fenomena Sayat Lengan Merebak di Ponorogo Dipicu Artis Korea Bunuh Diri, Miris!

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ahmad Fauzani
ilustrasi
ilustrasi

jatimnow.com - Fenomena sayat lengan merebak di Ponorogo. Sedikitnya sudah ada 5 korban rata-rata dalam sebulan yang melukai dirinya sendiri.

Mereka datang ke Psikolog Klinis Karina Rizki Rahmawati, baik di praktik mandiri maupun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Harjono Ponorogo.

"Kalau banyak tidak. Mungkin kalau dirata-rata sebulan ada 5 pasien datang ke sini (Poli Klinik Psikolog RSUD dr Harjono) atau ke praktik mandiri,” ujar Karina Rizki Rahmawati, Rabu (1/11/2023).

Dia menerangkan sebagian besar pasien yang datang sudah dalam kondisi parah. Dengan lengan penuh luka sayatan yang mereka buat sendiri. Baik itu lengan kanan maupun lengan kiri.

"Kadang itu dilakukan berulang. Penuh lengan kanan kiri muncul keloid diulangi lagi,” kata Karina.

Menurut Karina, sebagian besar kasus ini terkait dengan permasalahan seperti bullying, baik secara verbal maupun fisik. Beberapa kasus juga terkait dengan masalah percintaan, seperti putus cinta.

Baca juga:
Siswa SMP di Surabaya jadi Korban Bullying, Ngadu ke Guru Diminta Tutup Mulut

“Ya sakit karena bully itu bahaya. Akhirnya menyakiti diri sendiri. Lalu ada juga karena asmara juga,” terang Karina.

Karina mencatat bahwa banyak kasus ini melibatkan perempuan. Selain itu, beberapa pasien datang karena merasa kecewa ketika idola mereka, artis Korea bunuh diri.

"Ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian orang tua terhadap anak-anak mereka, tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga perhatian emosional dan mental,” tegasnya.

Baca juga:
Viral, 3 Siswi jadi Korban Bullying dari 7 Teman Sebaya di Sidoarjo

Ponorogo memiliki banyak orang tua yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita (TKW), dan anak-anak mereka sering tinggal bersama nenek mereka.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi dan perhatian terhadap anak-anak mereka, terutama dalam mengatasi masalah emosional dan mental.

“Jangan hanya dipenuhi materinya. Tetapi juga diajak komunikasi. Anak-anak sekarang sangat pintar secara intelejensinya. Tetapi emosinya belum tertata,” pungkasnya.