Pixel Code jatimnow.com

Leluhur Desa Aliyan Rasuki Warga, Minta Tradisi Segera Dilakukan

Editor : Arina Pramudita   Reporter : Rony Subhan
Kades Anton Sujarwo (memakai topi) di hadapan dua warga yang kerasukan roh leluhur.
Kades Anton Sujarwo (memakai topi) di hadapan dua warga yang kerasukan roh leluhur.

jatimnow.com - Warga Desa Aliyan Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, kerasukan roh leluhur mereka. Penyebabnya lantaran tidak dilaksanakannya tradisi adat di desa setempat.

Setiap Bulan Suro atau Muharram, masyarakat Desa Aliyan memang memiliki tradisi Keboan. Upacara adat itu bentuk rasa syukur para petani dan juga bersih desa.

Roh merasuki warga saat berkunjung ke kediaman Kepala Desa Aliyan, Anton Sujarwo. Warga yang kesurupan meminta agar adat Tradisi Keboan tetap diselenggarakan.

“Saiki wayahe selametan nang Mbah Buyut, tak enteni kok gak ono. Ayo Pak Lurah dilaksanakno, gak usah rame rame, sederhana ae. Ayo ben wong-wong seng teko gak rame. Ayo pak lurah saksenono (Sekarang waktunya selamatan ke nenek moyang, ditunggu tapi tidak ada. Ayo Pak Lurah dilaksanakan, tidak perlu rame-rame, sederhana saja. Biar orang-orang tidak datang beramai-ramai),” ujar warga yang kerasukan.

“Ayo! Desone pak lurah, rakyat pak lurah ben aman pak, ben selamet kabeh (Ayo desanya Pak Lurah, rakyat Pak Lurah agar aman dan selamat semua),” lanjut pria yang mengenakan atribut Keboan.

Baca juga:
Video: Mengenal Tradisi Manten Kucing, Ritual Meminta Hujan di Tulungagung

Menurut Anton Sujarwo, kesurupan roh leluhur sudah sering terjadi menjelang Bulan Suro. Pria yang kesurupan rupanya keturunan Buyut Wongso Kenongo. Tokoh sekaligus leluhur Desa Aliyan di zaman dahulu kala.

Menanggapi kejadian itu, Anton melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat. Mengingat saat ini Banyuwangi masih dalam pelaksanaan PPKM Darurat.

Baca juga:
Mengenal Tradisi Manten Kucing, Ritual Meminta Hujan di Tulungagung

“Kami masih koordinasi, mengingat hal ini sudah menjadi tradisi warga Desa Aliyan sendiri,” tegasnya.

Tradisi Keboan sendiri dipercaya sebagai ritual tolak bala mengusir wabah pagebluk dan terhindar dari marabahaya negatif.