Pixel Codejatimnow.com

Pilihan Pembaca: Pedagang Hitech Mall Jual di Emperan hingga Malam Misteri

Editor : Redaksi  

jatimnow.com - Berita pedagang Hitech Mall buka lapak di emperan hingga karyawannya terancam tidak digaji menjadi pilihan pembaca pertama pada Kamis (19/8/2021).

Di urutan kedua adalah teriakan histeris anak perempuan di Banyuwangi lihat ayahnya tewas gantung diri. Dan di urutan ketiga berita tengah malam penuh misteri: suara langgam Jawa hingga barisan prajurit.

Redaksi merangkum ketiga berita itu:

Pedagang Hitech Mall Buka Lapak di Emperan, Karyawan Terancam Tidak Digaji

Puluhan pedagang elektronik terpaksa berjualan di halaman Hitech Mall, Jl Kusuma Bangsa Surabaya, Kamis (19/8/2021). Mereka nekat berjualan di halaman mall karena para pengunjung belum diizinkan masuk.

Pantauan di lokasi, nampak pedagang elektronik seperti penjual laptop, komputer, beserta aksesorisnya berjejer di atas trotoar halaman gedung yang dulu bernama Surabaya Mall, tersebut.

Salah satu tenant Kharisma Store dan Nemesis store, Kiki mengatakan sudah 3 hari berdagang di tempat tersebut.

Teriakan Histeris Anak Perempuan di Banyuwangi Lihat Ayahnya Tewas Gantung Diri

Baca juga:
Sidak MPP, Ritual Metri Durian, Tempat Nongkrong di Probolinggo

Boping Arisman (56), ditemukan tewas tergantung dengan seutas tali di tiang teras samping rumahnya yang berada di Dusun Kampung Baru, Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

Kapolsek Gambiran, AKP Suryono Bhakti mengatakan korban tewas gantung diri karena diduga depresi atas permasalahan keluarga.

Tengah Malam Penuh Misteri: Suara Langgam Jawa hingga Barisan Prajurit

Satu jam lebih berjalan, kami tak kunjung menemukan pos 4 dan kurang yakin sudah sampai pos 5 atau belum.

Baca juga:
Prakiraan Cuaca, Flu Singapura di Surabaya, PDIP Ponorogo

Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku menyenggol bahu Teja, sambil berjalan beriringan. Aku tanya apa yang dilihatnya di antara pos 2 dan 3.

Sambil ragu, dia berbisik kalau saat itu dirinya melihat prajurit tua yang wajahnya pucat. Pakaiannya lusuh dan tentunya bukan manusia sungguhan.

Sontak aku terdiam, Teja menunggu responku. Teringat ucapan si Mbok tentang barisan prajurit. Tapi sebisa mungkin aku bersikap tenang, karena yang dilihat kawanku itu hanyalah satu prajurit.