jatimnow.com - Pandemi Covid-19 menyisakan cerita duka bagi Laila Safira. Gadis berusia belia ini kehilangan sosok ibunda akibat terpapar virus corona sebulan yang lalu. Yang membuat miris, ia mendapat kabar kematian sang ibunda justru saat masih menimba ilmu di Pondok Pesantren di Jombang.
Kisah pilu gadis asal Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajurit Kulon, ini memantik iba Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari. Petinggi Pemkot ini tak mampu membendung air matanya saat Laila meminta dipeluk olehnya.
Pemandangan haru itu terjadi saat acara doa munajat dan pemberian santunan anak yatim dari Korpri bersama Wali Kota Mojokerto dan Wakil Wali Kota, Achmad Rizal Zakaria di Pendapa Sabha Kridatama, Rumah Rakyat, Jumat (20/8/2021).
Pucuk pimpinan Pemkot Mojokerto ini memberi santunan kepada ratusan anak yatim ataupun piatu yang ditinggal meninggal oleh salah satu atau bahkan kedua orang tuanya akibat virus corona. Ia juga memastikan akan memenuhi hak pendidikan mereka hingga perguruan tinggi nanti.
Ning Ita, sapaan Ika Puspitasari, menyebut gelombang kedua penyebaran Covid-19 periode Juni-Juli menyisakan duka mendalam. Selain mengakibatkan lonjakan kasus baru, angka kematian juga meningkat signifikan. Akibatnya ratusan anak di Kota Mojokerto berstatus yatim dan piatu.
Selain menjamin beasiswa sampai perguruan tinggi, Pemkot Mojokerto juga menjamin akan merawat serta memberi kasih sayang kepada mereka lewat program orang tua asuh.
Tak hanya itu, anak-anak yang ditinggal orang tuanya karena COVID-19 juga membutuhkan bantuan untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari.
"Korban yang meninggal karena COVID-19 ini meninggalkan anak-anak yatim yang perlu sentuhan kasih sayang kita," kata Ning Ita dalam keterangan tertulis, Sabtu (21/8/2021).
Ia menuturkan, anak yatim tidak hanya sebatas membutuhkan dukungan moral dan spiritual, tetapi juga perlu uluran tangan berupa material. Tujuannya agar mereka tetap termotivasi untuk mewujudkan cita-citanya.
"Karena itu saya mengajak seluruh ASN se-Kota Mojokerto untuk berbagi kasih," ajaknya.
Santunan tidak hanya diberikan saat momentum Bulan Sura atau Muharram saja, melainkan juga dilakukan secara berkelanjutan.
Baca juga:
Pj Wali Kota Mojokerto Ali Kuncoro Tinjau Gerakan Pangan Murah
Selanjutnya, Pemkot Mojokerto akan mengupayakan memberikan pendampingan dan mengcover anak yatim dari berbagai program bantuan. Baik yang bersumber dari APBD maupun dari sukarelawan untuk men-support kebutuhan mereka.
Pemkot mencatat, setidaknya ada 99 anak yatim yang ditinggalkan orang tua meninggal karena Covid-19. Ning Ita menyatakan, mereka yang masih berusia sekolah akan diberi bantuan beasiswa sampai jenjang perguruan tinggi.
Pihaknya juga berupaya untuk mencarikan orang tua asuh untuk menggantikan peran kedua orang tua mereka semasa hidup.
Ning Ita menambahkan, pihaknya juga memastikan akan terus memperbarui data anak yatim dan piatu melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Disnsos P3A).
Sehingga, mereka yang ditinggal orang tua akibat terpapar Covid-19 akan terjamin kebutuhannya.
Baca juga:
Berkunjung di IKM Batik Maja Bharama Wastra Mojokerto, Ada 119 Motif Apik
"Kalau memang dibutuhkan, kita juga bisa langsung menghubungi Dinas Sosial P3A untuk memberi pendampingan melalui tenaga psikologi," pungkasnya.
Sementara itu, Laila Safira tak sanggup menahan rasa harunya setelah bertemu langsung Ibu Walikota. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini, merasa sangat senang dengan sikap keibuan Ning Ita yang bisa memberikan secercah kebahagiaan dan semangat untuk dirinya menjalani kehidupan dan pendidikan ketika kembali ke Ponpes.
"Alhamdulillah, senang iya pasti. Beliau (Ning Ita) begitu keibuan, habis ini saya balik ke pondok," katanya lirih.
Laila bercerita jika ia ditinggalkan ibu tercinta sejak 6 Juli 2021 lalu karena terpapar COVID-19.
"Iya kena COVID-19 ibu, beliau memang gak kerja (IRT). Waktu sakit katanya sesak gitu, terus dikabarin ke saya meninggal dunia. Gak nyangka saya, soalnya mondok di Jombang. Gak sempat lihat ibu," tutup Laila.
URL : https://jatimnow.com/baca-37053-peluk-anak-yatim-korban-pandemi-covid19-ning-ita-berlinang-air-mata