Pixel Code jatimnow.com

Ekosistem Satwa Liar Dilindungi di Pasuruan Dinilai Mulai Terancam

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Moch Rois
Peneliti Yayasan Sekolah Konang Indonesia saat melakukan penelitian di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan
Peneliti Yayasan Sekolah Konang Indonesia saat melakukan penelitian di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan

jatimnow.com - Di balik potensi keuntungan berbisnis tambang batu di Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, disebut bisa mengancam keberadaan ekosistem satwa liar dilindungi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Sekolah Konang Indonesia di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, keberadaan hewan liar seperti 51 jenis burung, 14 hewan reptil serta amphibi dan 8 mamalia terancam, akibatnya aktivitas usaha tersebut.

"Ada empat lokasi tambang batu yang masih aktif di Desa Galih. Sekarang masyarakat mungkin masih diuntungkan dengan adanya jual beli lahan dan terbukanya lapangan pekerjaan. Kalau ini dibiarkan masif, pasti menjadi ancaman untuk kelestarian hutan dan satwa liar di Desa Galih," jelas Peneliti Yayasan Sekolah Konang Indonesia, Panggalih Joko Susetyo, Senin (23/8/2021).

Menurutnya, selama satu bulan meneliti dengan bersinergi bersama pemerintah desa, dari 73 hewan liar yang menghuni areal ladang, hutan rakyat, hutan lindung dan hutan tanaman industri pohon pinus milik perhutani, terpantau adanya kehidupan 11 satwa liar yang berstatus dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 106/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2018 tentang Jenis-jenis satwa yang dilindungi oleh pemerintah.

Salah satu satwa liar di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten PasuruanSalah satu satwa liar di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan

Baca juga:
Polres Tulungagung Amankan Satwa Liar Dilndungi Milik Warga Desa Ngunut

Mulai jenis burung Elang Hitam, Paok Panca Warna, Glatik Jawa, Kipasan Belang, Alap Alap Layang, Celepuk Jawa, Alap-alap Sapi, Elang Bido. Untuk mamalia, ada Trenggiling dan Landak.

"Kalau kekayaan alam Desa Galih tidak dijaga, prediksi kami 15 tahun lagi akan rusak, termasuk 6 sumber air yang saat ini aktif digunakan warga," ungkapnya.

Dia menamnbahkan, sebagai desa yang berada di ketinggian 300 Mdpl sampai 1.100 Mdpl, topografi wilayah berlereng dengan tanah kering berbatu, Desa Galih dan budayanya muncul karena batuan-batuan yang menjadi ciri khas kawasan. Saat batuan yang ada hilang, maka identitas desa akan hilang.

Baca juga:
Melihat Lebih Dekat Penangkaran Burung Kakatua di Mojokerto

"Kadang masyarakat terjebak di persoalan ekonomi. Padahal kekayaan alam dan hewan liarnya luar biasa. Belum ada yang melihat itu sebagai kekayaan. Makanya Desa Galih ini jadi pilot project kami dalam program penghidupan lestari berbasis sumber daya alam," tandasnya.

Peneliti Yayasan Sekolah Konang Indonesia saat melakukan penelitian di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten PasuruanPeneliti Yayasan Sekolah Konang Indonesia saat melakukan penelitian di Desa Galih, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan