Surabaya - Salah satu Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) yang kini menjabat Wakil Ketua DPRD Jatim Anwar Sadad bergabung dengan para kiai dan kaum nahdliyin untuk berdoa bersama dalam acara 'Haul Syuhada Pertempuran 10 November 1945' di Kantor PCNU Kota Surabaya.
Acara itu digelar untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam pertempuran 10 November 1945 silam di Surabaya.
Selain Sadad, sejumlah tokoh hadir dalam acara tersebut. Di antaranya KH Muchit Murtadlo, Prof KH Imam Ghozali Said, KH Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans), KH Mas Sulaiman Nur dan Dr KH Ahmad Muhibbin Zuhri.
Bagi Sadad, kehadirannya dalam acara itu merupakan cara menghidupkan spirit kepahlawanan para syuhada di era modern saat ini.
Dalam sambutannya, Sadad mengungkapan bahwa kontribusi ulama dan santri dalam merebut kemerdekaan sangat besar.
"Pertempuran 10 November 1945 adalah ujian bagi kemerdekaan Indonesia yang belum seumur jagung. Kedatangan sekutu yang dipimpin Kerajaan Inggris datang dengan persenjataan lengkap dan modern sebagai pemenang perang dunia kedua," tutur Sadad, Jumat (12/11/2021).
Baca juga:
Kisah Kereta Api Terakhir Surabaya di Stasiun Gubeng
Kemenangan itu ditandai saat arek-arek Surabaya berhasil meredam ancaman dan serangan sekutu, meskipun mengorbankan ratusan ribu jiwa dalam insiden itu.
Selain perjuangan fisik, mobilitas massa hingga ide gerilya perang dari para tokoh NU menjadi spirit para arek-arek Surabaya.
"Spirit perjuangan rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk melawan sekutu tumbuh antara lain karena Fatwa Jihad Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari," papar Ketua Gerindra Jatim itu.
Baca juga:
Peringati Hari Pahlawan 2024, Pjs Bupati Jember Sampaikan Pesan Ini
Menurut Sadad, Fatwa Jihad itu juga melahirkan sebuah resolusi yang dikeluarkan para ulama se Jawa dan Madura, yang dikenal sebagai Resolusi Jihad.
"Para ulama merumuskan Resolusi Jihad bertempat di Gedung Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO), pada saat itu adalah Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Kini gedung tersebut menjadi Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya," jelas Keluarga Ponpes Sidogiri tersebut.
Kini gedung bersejarah tersebut telah menjadi cagar budaya kelas A di Kota Surabaya.