Surabaya - Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie, dua mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Elektro UK Petra membuat pengembangan Teknologi Urban Farming berbasis Internet of Things (IoT) di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis, di Jalan Jemursari, Wonocolo, Surabaya. Kamis (20/1/202).
Dosen Pembimbing lapangan UK Petra, Dr. Ing. Indar Sugiarto, menjelaskan kegiatan ini merupakan implementasi dari LEAP (Leadership Enhancement Program) yang merupakan aplikasi dari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di kampus UK Petra.
"Jadi para mahasiswa ini membuat membuat proyek sistem penyiraman tanaman secara otomatis, pengkabutan ruang greenhouse serta pendeteksi kadar air pada bak hidroponik bertenaga surya yang dapat dimonitor dan dikontrol secara jarak jauh. Jadi bisa di kontrol menggunakan gadget android," ujar Dr Ing Indar Sugiarto.
Para mahasiswa UK Petra mengerjakan proyek ini selama lima bulan. Terhitung sejak bulan Agustus-Desember 2021.
Kebun bernama "SERPIS Kebun Kita" itu memiliki luas sekitar 27 x 10 meter yang di dalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6 x 4 meter dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing-masing luasannya 5,6 x 8 meter dan 4 x 8 meter.
"Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp10 juta, para mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan," ungkapnya.
Baca juga:
Mahasiswa UK Petra Surabaya Lompat dari Gedung, Dikenal Baik dan Aktif
Sementara, Sih Kawuryan Yulianes Kufa merinci totalnya membuat lima rancang bangun sistem dan website. Diantaranya, satu Sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Automatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi SERPIS berbasis Android sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.
"Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah," urai Yeka.
Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada, dengan pemrogaman maka penyemprotan dan pengukuran kelembapan tanah bisa dijalankan secara otomatis.
Baca juga:
Mahasiswa UK Petra Surabaya Diduga Bunuh Diri, Ini Kata Pihak Kampus
"Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik itu. Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrogaman Java," tambah Gregorio
Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli komunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Automatis serta sistem pengkabutan.
Tak hanya itu saja, website yang telah dibuat oleh Yeka dan tim ini berencana akan dijadikan e-commerce (market place) supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa dijual secara online.