Pixel Codejatimnow.com

Opini

Stunting, Prevalensi pada Anak dan Solusi

Editor : Redaksi  
Founder AMRO Institute Surabaya, Ge Recta Geson
Founder AMRO Institute Surabaya, Ge Recta Geson

jatimnow.com - Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut usia kurang dari minus dua standar deviasi (-2SD) atau di bawah rata-rata standar yang ada.

Stunting pada anak merupakan hasil jangka panjang konsumsi diet berkualitas rendah yang dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi dan masalah lingkungan (Semba, et al., 2008).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 di Indonesia mencatat bahwa prevalensi stunting sebesar 37,2%, meningkat dari Tahun 2010 (35,6%) dan Tahun 2007 (36,8%).

Presentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek 19,1% dan pendek 18,1%. Secara nasional prevalensi stunting pada anak usia 5-12 tahun adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek), dengan prevalensi terendah di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5%).

Percepatan penurunan stunting merupakan program nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi dengan target pencapaian sebesar 14% pada Tahun 2024. Salah satu strategi yang dilakukan pada Tahun 2021 adalah dengan menetapkan 360 kabupaten/kota lokus stunting.

Penyebab Stunting

Secara umum stunting pada anak terjadi dikarenakan dua masalah pada usus, yaitu disbiosis (ketidakseimbangan mikrobiota) dan immaturity gut microbiota (mikrobiota kurang beragam).

Disbiosis merupakan suatu kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan/usus manusia. Disbiosis terjadi ketika jumlah bakteri patogen (jenis bakteri yang merugikan) lebih mendominasi pada usus.

Pada kasus anak kekurangan gizi diketahui jika komposisi microbiota usus didominasi oleh bakteri patogen dari phylum Proteobacteria seperti Enterobacter, Escherichia, Klebsiella, Streptococcus dan Shigella.

Dan sebaliknya terjadi penurunan pada bakteri yang menguntungkan seperti Bifidobacterium, Butyrivibrio, Faecalibacterium, Lactobacillus dan Roseburia serta bakteri dari phylum Bacteroidetes (Monira et al., 2011; Velly et al. 2017).

Disbiosis terjadi karena beberapa faktor. Antara lain asupan gizi yang tidak seimbang, sering konsumsi antibiotik dan stres. Asupan makanan yang bergizi seimbang memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan anak (Mentari & Agus, 2018). Pola makan menjadi bagian penting dalam mengatasi masalah stunting (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Immaturity Gut Microbiota (IGM) pada anak disebabkan karena ibu yang mengalami disbiosis menurunkan kepada janin pada masa kehamilan. IGM pada anak juga dapat terjadi di saat ibu melahirkan bayi secara caesar dan bayi tidak mendapat asupan ASI.

Studi terbaru menunjukkan bahwa kekurangan gizi pada masa anak-anak berhubungan dengan IGM atau mikrobiota yang kurang beragam. Anak-anak yang kekurangan gizi di Malawi memiliki mikrobiota usus yang kurang beragam.

IGM mengakibatkan gangguan pertumbuhan, perubahan morfologi tulang, dan kelainan metabolisme pada otot, hati, dan otak pada tikus penerima feses anak dengan IGM (Laura v. Blanton et al., 2016).

Berdasarkan uraian di atas, penyebab utama stunting adalah disbiosis dan immaturity gut microbiota. Untuk menyelesaikan secara komprehensif dan holistik diperlukan restorasi disbiosis dan restorasi immaturity gut microbiota. Sehingga pemberian makanan bergizi seimbang akan berdampak secara optimal pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.

Solusi

Baca juga:
Pentingnya Growth Mindset bagi Humas

Ragam riset membuktikan bahwa suplementasi Lactobacillus sp seperti: Lactobacillus Plantarum, Lactobacillus Rhamnosus, Lactobacillus Fermentum dan
Lactobacillus Casei dapat meningkatkan BMI pada anak, meningkatkan berat dan tinggi badan secara signifikan, mencegah infeksi, meningkatkan status gizi anak dan mengobati diare karena disbiosis.

Endang Rahayu dkk pada Tahun 2021 meneliti efek asupan makanan dan suplementasi Lactobacillus Plantarum Dad-13 pada anak-anak usia 10-12 tahun kurang gizi di Lombok Timur.

Terjadi peningkatan signifikan pada, pertama jumlah bakteri menguntungkan yaitu Lactobacillus Plantarum dan Bifidobacterium dan sebaliknya menekan bakteri patogen yaitu Enterobacteriaceae dan Klebsiella Pneumoniae secara signifikan.

Kedua, asam lemak rantai pendek (asetat, propionat, butirat) yang akibatnya menurunkan PH. Ketiga, BMI (Body Mass Index) anak. S. S. Kara dkk pada Tahun 2018 meneliti efek suplementasi Lactobacillus Rhamnosus GG pada anak-anak berusia 6 bulan-5 tahun dengan berat dan tinggi badan di bawah -2SD.

Keempat, kelompok yang mendapat suplementasi probiotik mengalami lebih sedikit infeksi saluran pernafasan atas, infeksi saluran kemih dan gastroenteritis. Sebaliknya kelompok yang tidak mendapat suplementasi probiotik lebih sering menjalani rawat inap karena penyakit infeksi.

Kelima, terjadi peningkatan BMI secara signifikan pada kelompok yang mendapat suplementasi probiotik.

Pierre Poinsot dkk pada Tahun 2020 menemukan bahwa pemberian Lactobacillus Fermentum CECT5716 yang diisolasi dari ASI Ibu dapat mendotong pertumbuhan lalat Drosophilla dewasa melalui modulasi penyerapan lemak.

Hung Hsiang Lai dkk pada Tahun 2019 meneliti efek suplementasi Lactobacillus Casei varietas Rhamnosus pada anak-anak berusia 6 bulan-6 tahun yang dirawat di rumah sakit karena diare akut.

Baca juga:
Blended Learning Stikosa-AWS, Misi Pendidikan Tinggi Berstandar Internasional

Terjadi peningkatan signifikan pada; (1) Kadar IgA pada tinja anak. (2) Jumlah bakteri menguntungkan seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus sp. (3) Nafsu makan, asupan makanan, berat badan dan kenaikan berat badan.

Sebaliknya kadar Lactoferin dan Calprotectin menurun secara signifikan. Sakit perut, kembung dan BAB berkurang banyak pada kelompok yang mendapat probiotik.

Kesimpulan

PRO EM1 mengandung 7 strain probiotik hidup dan metabolit aktifnya yang sangat berguna untuk baik membangun maupun merestorasi mikrobiota usus, seperti Rhodopseudomonas palustris EMRO 201, Lactobacillus casei EMRO 002, Lactobacillus casei EMRO 213, Lactobacillus plantarum EMRO 009, Lactobacillus fermentum EMRO 211, Lactobacillus rhamnosus EMRO 014, Lactobacillus bulgaricus EMRO 212.

Solusi utama untuk masalah stunting adalah dimulai dari memperbaiki akar masalahnya, yaitu disbiosis (ketidakseimbangan mikrobiota) dan immaturity gut microbiota (mikrobiota kurang beragam).

Untuk menyelesaikan secara komprehensif dan holistik diperlukan restorasi mikrobiota, dengan cara suplementasi probiotik PRO EM1 yang mengandung 7 strain mikroorganisme baik setiap hari.

Memiliki mikrobiota yang seimbang dan beragam maka pencernaan makanan dan penyerapan nutrisi akan menjadi optimal, sehingga pemberian makanan bergizi seimbang akan berdampak secara signifikan pada pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.


Penulis: Founder AMRO Institute Surabaya, Ge Recta Geson