Pixel Codejatimnow.com

Kisah Gempa Lokal saat Belanda Memenjarakan KH Asad Samsul Arifin

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Jajeli Rois
KHR As'ad Samsul Arifin. (Foto: wikipedia)
KHR As'ad Samsul Arifin. (Foto: wikipedia)

Probolinggo - Ulama dari Kabupaten Situbondo KH Raden As'ad Syamsul Arifin pernah dipenjara Belanda. Namun tentara Belanda sempat mengalami ketakutan saat itu.

Ulama sekaligus tokoh penting dalam berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) itu pun akhirnya dibebaskan dan kembali lagi ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.

Cerita itu disampaikan KH Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid di sela acara Peringatan Haul Masyayikh & Harlah ke-73 Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Minggu (27/2/2022).

"Memang Pondok Pesantren Sukorejo ini menjadi pengungsian dari para pejuang, karena Belanda mungkin agak takut, sungkan untuk mengobok-obok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo," tutur KH Zuhri.

Dari cerita yang diterima KH Zuhri, penjajah dari tentara Belanda sempat menahan dan memasukkan penjara KH R As'ad Samsul Arifin.

Namun, ada sesuatu yang aneh sehingga tentara Belanda ketakutan dan melepaskan KH As'ad Samsul Arifin dari penjara.

"Menurut ceritanya, KH Raden As'ad Samsul Arifin yang waktu itu sempat ditahan oleh Belanda. Tapi beliau seorang ahli riyadhoh," ujarnya.

"Kemudian (KH R As'ad Samsul Arifin) sempat riyadhoh di tempat tahanan. Maka, penjara sebagai tempat tahanan itu bergoncang. Jadi, timbul gempa lokal. Sehingga (tentara) Belanda ketakutan. Akhirnya dilepas dan kembali lagi ke dalem (kediaman) beliau di (Ponpes) Sukorejo," terangnya.

Baca juga:
Pengendalian Banjir Kali Welang Pasuruan Dibiayai Belanda Rp4 Miliar

KH Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo (Foto: Tangkapan layar YouTube Pondok Peantren Nurul Jadid)KH Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo (Foto: Tangkapan layar YouTube Pondok Peantren Nurul Jadid)

Sejak kejadian itulah, tentara Belanda tidak berani atau segan dengan KH Raden As'ad Samsul Arifin.

"Dan sejak itulah, Pondok Sukorejo dianggap tanah lindu atau disebut seperti tanah haram (bagi tentara Belanda). Jadi Belanda tidak berani," tutur KH Zuhri Zaini.

KH Raden As'ad Samsul Arifin lahir di Mekkah Arab Saudi pada 1897. Kemudian, wafat pada 4 Agustus 1990 di Situbondo, Jawa Timur.

Baca juga:
Pemprov Jatim Gandeng Belanda Kembangkan Wisata Sejarah

KH As'ad Samsul Arifin ulama sekaligus tokoh penting dalam berdirinya Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, KH As'ad adalah penyampai pesan isyarat berupa tongkat disertai ayat Alquran dari Syaikhona Kholil Bangkalan kepada KH Hasyim Asyari.

Selain sebagai ulama yang menyebarkan ilmu agama dan memimpin pesantren. Kiai As'ad juga ikut bergerilya berjuang mengusir penjajah Jepang dari Jember.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KHR As'ad Samsul Arifin dalam upacara di Istana Negara, Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional itu berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 90/TK/Tahun 2016 tanggal 3 November 2016 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.