Jombang - Puluhan sopir logistik yang tergabung dalam Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) di Kabupaten Jombang, menggelar aksi mogok dan demo terkait permasalahan UU Over Dimension and Over Loading (ODOL).
Aksi mogok kerja ini mereka lakukan pada tanggal 9 hingga 11 Maret, di area Ringroad Mojoagung, Jombang.
Ahmad Gofur (41), selaku koordintaro aksi mogok kerja (Moker) sopir logistik Jombang mengatakan, aksi ini merupakan aksi yang ke-2. Lantaran dalam aksi yang dilakukan di Surabaya kemarin, belum ada kesepakatan.
"Aksi yang kemarin di Surabaya hasilnya masih ngambang, dan belum sesuai dengan keinginan. Untuk itu kita aksi jilid 2, aksi Moker," terang Gofur pada sejumlah jurnalis, Rabu (9/3/2022).
Ia menegaskan dalam aksi jilid 2 ini, para sopir membagikan brosur pada sopir logistik yang hari ini masih beroperasi. Selain itu, sopir juga diminta untuk berhenti sejenak.
"Ya tujuannya memberi tahu dengan mengasih brosur. Biar mereka mendukung, dan disampaikan pada pihak bos. Selain itu juga sebagai bentuk solidaritas sesama sopir logistik," ungkapnya.
Gofur menyebut, jika hari ini perwakilan sopir logistik yang tergabung dalam GSTJ, diundang ke Surabaya oleh Gubernur. "Kawan-kawan sekarang diundang ke kantor Gubernur, dan akan ditemui wakil Gubernur, untuk negosiasi dengan apa yang kita usulkan. Dan semoga hasilnya sesuai dengan yang kita ingingkan," bebernya.
Baca juga:
Ratusan Massa Demo KPU dan Bawaslu Jember, Indikasi Kecurangan di 31 Kecamatan
Saat ditanya apa yang menjadi tuntutan sopir logistik ini, Gofur menjelaskan, ada beberapa persoalan yang menjadi tujuan dari aksi ini. Yakni, para sopir keberatan dengan regulasi angkutan logistik.
"Selain itu keadilan penindakan di jalan, biaya normalisasi kendaraan dan bongkar mafia SRUT dan ODOL. Serta kami juga meminta revisi UU no 22 tahun 2009 terkait jaminan muatan," tegasnya.
Ia menegaskan, jika tuntutan para sopir ini tidak dikabulkan maka aka nada aksi secara besar-besaran. "Kalau deal ya aksi ini nanti sore sudah bubar. Tapi kalau belum ya nanti berlanjut sampai ke monas (mogok nasional). Dan kita akan blokir jalan di Surabaya," pungkasnya.
Baca juga:
Nelayan Bangkalan Tuntut Ganti Rugi Petronas karena Hasil Tangkapan Berkurang
Sementara itu, Arif (30) sopir logistik asal Pasuruan mengaku, sengaja berhenti sejenak. Lantaran ia menghormati aksi yang dilakukan teman sejawatnya. "Ya ini kan untuk menghormati aja, sama-sama sopir mogok kerja. Dan memang semua driver saling menghormati sesama sopir," ucap Arif.
Hal senada juga diungkapkan Dayat (50) sopir asal Kecamatan Kudu. Menurut Dayat, aturan terkait ODOL memang memberatkan sopir untuk itu ia meminta aturan itu, direvisi.
"Peraturan ya peraturan, tapi mewakili teman-teman sopir, kalau bisa ya dicabut aja aturannya," tukas Dayat.