Surabaya - Sungai Kalimas Surabaya nampak dangkal saat kemarau. Ketika ada perahu melintas, lumpurnya akan tersapu sehingga membuat keruh airnya keruh. Apakah Sungai Kalimas sedangkal itu?
Jangan salah, secara kasat mata Sungai Kalimas memang dangkal. Namun sungai itu sudah banyak menelan korban jiwa yang tenggelam secara misterius.
Dari penerawangan Bintang Timur Diponegoro bersama tim Dua Alam dan jatimnow.com, terlihat Sungai Kalimas malah memiliki kedalaman yang tak bisa diukur. Letaknya berada persis di sisi tengah sungai dan berada di bawah lumpur.
Bentuknya seperti tebing, membuat siapapun yang terjebak akan tergerus oleh kecepatan air hingga tenggelam.
"Ketika korban berenang itu terseret arus bawah dan itu ada lumpur. Ketika sudah menancap di lumpur itu ada semacam pusaran," ucap Bintang.
Bintang juga menyebut, pusaran gaib itu memiliki rotasi gelombang air yang cepat layaknya ombak di laut, sehingga membuat siapapun, meski pandai berenang, tetap kesulitan untuk membebaskan diri.
Pusaran gaib itu, lanjut Bintang, sengaja dibuat oleh penguasa Sungai Kalimas, Raja Siluman Ular dari kerajaan tak kasat mata tersebut.
"Semua itu terjadi secara gaib, jadi secara nyata sungai ini dangkal tapi jika sudah masalah gaib berarti tidak ada yang tidak mungkin," katanya.
Kepada Bintang, Raja Siluman Ular juga mengakui dari pusaran itu, dirinya kini telah memiliki ratusan perewangan (pengikut/pembantu) untuk kerajaan yang ia bangun selama ratusan tahun.
Sekali memakan tumbal, Raja Siluman Ular mengaku kekuatannya akan semakin bertambah. Tumbal yang pilih pun bukan sembarangan, melainkan laki-laki bertubuh tinggi dengan tampang yang menarik.
"Siluman ular ini mengaku agar kesaktiannya bertambah. Jadi energi korban semacam diserap," ujar Bintang.
Selama ini, rata-rata korban tenggelam di Sungai Kalimas ditemukan dalam kondisi tewas, karena seketika itu nyawa korban langsung dikurung dalam kerajaan untuk dijadikan perewangan.
Setelah itu, jasadnya dikembalikan ke alam nyata, yang seringkali ditemukan pada lokasi sama, yakni persis di bawah jembatan Jl Yos Sudarso, Surabaya, di sisi kiri kantor DPRD Surabaya.
"Jika jasadnya ditemukan merupakan suatu hal yang masih bagus. Karena ada yang tidak mau mengeluarkan jasadnya atau hilang bersama jasadnya," lanjutnya.
Baca Juga:
Baca juga:
Pencari Kerang yang Tenggelam di Sungai Kalimas Surabaya Ditemukan Tewas
- Keganasan Siluman Ular, Penguasa Kerajaan Gaib di Sungai Kalimas, Surabaya
- Misteri Kerajaan Siluman Ular di Sungai Kalimas Surabaya
Dari ratusan korban yang direnggut oleh siluman ular itu, Bintang berjanji secepatnya akan membebaskan arwah-arwah bocah dan remaja yang dikurung dalam kerajaan.
"Saya juga ada tugas untuk membebaskan roh korban-korban. Saya masih menunggu hari yang pas dan bagus," tegas Bintang.
Begitu pun Raja Siluman Ular, usai kalah berduel, ia pun merelakan agar para perewangannya bisa dibebaskan dari kerajaannya.
"Iyo gak popo (tidak apa-apa)," ucap Siluman Ular itu kepada Bintang.
Penyebab Amarah Siluman Ular
Di sisi lain, Raja Siluman Ular itu mengaku jika selama ini dirinya seringkali dibuat sakit hati oleh ulah para manusia. Sungai dan kerajaan yang telah ia bangun dan dijaga selama ratusan tahun sering kali dikotori oleh para manusia dengan membuang kotoran dan sampah ke dalam sungai.
"Umpomo omahmu sing digae jak-jakan wong akeh opo trimo awakmu (seandainya rumahmu diperlakukan sembarangan oleh orang banyak, apa kamu terima)," ucap Raja Siluman Ular dengan wajah marahnya.
Baca juga:
Pria Pencari Kerang Dilaporkan Tenggalam di Sungai Kalimas Surabaya
Begitupun saat para bocah dan remaja yang berenang tanpa busana (telanjang) di dalam sungai.
"Raja Siluman Ular ketika melihat orang yang menceburkan diri dalam kondisi telanjang, dia merasa seperti dihina atau diejek, makanya dia marah," ucap Bintang.
Agar tak kembali jatuh korban, Bintang berpesan kepada seluruh warga, bocah dan remaja di Surabaya untuk menjaga kebersihan sungai dari kotoran dan sampah.
Begitu pun rambu-rambu yang telah dipasang seperti larangan memancing ataupun berenang di kawasan Sungai Kalimas Surabaya, harus ditaati.
"Kalau bisa ya, ada tulisan 'Tidak Boleh Memancing' ya jangan memancing. Tulisan 'Jangan Berenang' ya jangan berenang. Tetap ikuti aturan," tandasnya.
"Kalau mau berenang, dilihat dulu kondisi dan keadaan sungainya, bisa berenang atau tidak. Karena memang ada arus bawah yang saya lihat. Arus di bawah ini juga lumayan deras," pungkasnya. (Tamat)