Pixel Code jatimnow.com

Mas Dhito Tak Ingin Pakaian Khas Diproduksi Pembatik Luar Kabupaten Kediri

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Bramanta Pamungkas
Sosialisasi pakaian khas Kabupaten Kediri di kantor Disparbud (Foto-foto: Humas Pemkab Kediri)
Sosialisasi pakaian khas Kabupaten Kediri di kantor Disparbud (Foto-foto: Humas Pemkab Kediri)

Kediri - Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) tidak ingin pembatik dari luar daerahnya menguasai produksi pakaian khas yang baru saja ia launching.

Mas Dhito menginginkan pembatik Kabupaten Kediri merasakan dampak positif dari diluncurkannya pakaian khas tersebut.

Pernyataan Mas Dhito itu disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo usai melakukan sosialisasi pakaian khas di kantornya pada Kamis (31/3/2022).

"Ini peluang emas. Apalagi di musim pandemi, masih bisa berkarya membuat pakaian khas. Jangan sampai peluang emas ini diambil oleh pembatik luar Kabupaten Kediri," ujar pria yang akrab disapa Wignyo itu dalam siaran pers yang diterima redaksi.

Menurut Wignyo, keinginan Mas Dhito agar pembatik Kabupaten Kediri segera mencetak massal pakaian khas ini bukan tanpa sebab. Dia menjelaskan, selain karena faktor sebagai masyarakat yang mempunyai pakaian khas serta tanggung jawab untuk melestarikan, juga untuk menumbuhkan kembali ekonomi kreatif di Kabupaten Kediri.

Untuk itu, pihaknya bersama Tim Kajian Pakaian Khas Kabupaten Kediri memberikan sosialisasi mengenai pakain khas ini. Baik bentuk, motif maupun pakem yang digunakan dalam pakaian khas tersebut.

"Secara detail sudah diberikan pemahaman tentang ciri khas baju khas kediri. Terutama batik khas kita yang nantinya dapat dikenal dan dikenakan oleh masyarakat secara umum," terang dia.

Sosialisasi pakaian khas Kabupaten Kediri di kantor DisparbudSosialisasi pakaian khas Kabupaten Kediri di kantor Disparbud

Terlebih, lanjut Wignyo, nantinya Mas Dhito akan mewajibkan ASN untuk mengenakan pakaian khas satu bulan sekali. Untuk harinya, Wignyo menjelaskan Mas Dhito bersama Diparbud dan DK4 masih akan berkordinasi lebih lanjut. Apakah dipakai di Kamis minggu pertama atau terakhir.

Baca juga:
Harkanas ke-11, Pemkab Kediri Perkuat Ketahanan Pangan Lewat Konsumsi Ikan

Untuk penentuan harga pakaian khas maupun batik khas ini, Pemkab Kediri sepenuhnya akan menyerahkan kepada pembatik. Karena ada beberapa pertimbangan seperti bahan dan cara produksi batik tulis, cap, maupun printing yang mempunyai klasifikasi harga tersendiri.

"Punya klasifikasi tersendiri. Ada yang kualitas biasa hingga premium. Yang lebih penting adalah mengenalkan pakaian khas kita ini," tandasnya.

Terpisah, Ketua Koperasi Batik Kirana Kabupaten Kediri, Sunaryo menjelaskan, pihaknya beserta seluruh pembatik yang ada di Kabupaten Kediri siap untuk mencetak pakaian khas dalam jumlah besar.

Dirinya mengaku, dengan perhatian Mas Dhito terhadap kebudayaan dan kesenian semacam ini, akan dapat memulihkan kembali ekonomi bagi para pelaku UMKM khususnya pembatik yang ada di Kabupaten Kediri dan sekitarnya.

Baca juga:
Pemkab Kediri Gelar Tes PPPK, 2000 Peserta Berebut 850 Formasi

"Dengan diangkatnya pakaian khas Kabupaten Kediri yang dicanangkan akan digunakan untuk pakaian dinas harian untuk ASN dan mungkin masyarakat luas, menjadi peluang yang luar biasa. Salah satu sarana yang bisa mengangkat perekonomian yang ada di Kabupaten Kediri," tutur Sunaryo.

Sunaryo menyebut, dirinya bersama 23 anggota Koperasi Batik Kirana ini sudah mengantongi detail desain dan pakem. Sehingga diharapkan tidak ada kesulitan yang dialami. Menurutnya, motif-motif pada pakaian khas ini sangat muda untuk dipelajari dan dikembangkan.

Adapun pakaian khas untuk pria diberi nama Wdihan Kadiri dan Ken Kadiri untuk perempuan. Sedangkan Wdihan Kadiri sendiri terdapat dua jenis, yaitu Wdihan Kadiri Satria untuk pakaian khas resmi dan Wdihan Kadiri Mapanji untuk kegiatan keseharian.

(ADV)