Jombang - Warga di Jalan Dagangan, Dusun Mojowarno, Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, menggelar pasar Ramadan. Tak hanya menyediakan jajanan khas Ramadan, masyarakat dari RT 1/RW 4 juga mengenakan kostum unik untuk membedakan antara pedagang dan pembeli.
Mengingat masih dalam situasi pandemi, warga menyediakan handsanitizer di pintu masuk gang. Pernak-pernik lampu hias tampak membuat pasar Ramadan lebih ramai.
Ketua RT setempat Bayu mengatakan, dulu di Gang Dagangan merupakan poros perdagangan di Kecamatan Mojowarno. Namun saat ini warga sudah banyak yang berjualan di jalan raya maupun Pasar Mojowarno. Warga lantas berinisiatif untuk menghidupkan kembali Jalan Dagangan.
“Biar bisa kembali ke awal dulu, mas. Ini namanya kan Jalan Dagangan. Porosnya Mojowarno dulu di sini,” terangnya.
Pasar Ramadan di Jalan Dagangan ada sekitar 20 lapak. Semua lapak merupakan milik warga Gang Dagangan yang menjajakan jajanan khas Ramadhan. Dengan adanya kemauan masyarakat untuk berjualan di Gang Dagangan, diharapkan mampu mengubah pola pikir masyarakat yang awalnya konsumtif menjadi produktif.
“Ini kan momen Ramadan, ya pengelompokan saja. Ini inisiatif orang-orang saja, dan semua ini warga Jalan Dagangan. Ya biar dapat membantu perekonomian warga juga, mas,” tukasnya.
Baca juga:
Hore! 2 Warga Dapat Hadiah Motor Gebyar Vaksinasi Ramadan Polres Batu
Sementara itu, Mak Iwel (54) salah satu pemilik lapak di gang dagangan mengaku sebelumnya sudah berjualan di Pasar Mojowarno. Namun untuk momen Ramadan, ia sengaja berjualan di Gang Dagangan. “Iya setiap bulan Ramadan memang jualan di sini,” ucapnya.
Ditanya mengapa menggunakan baju adat, ia mengaku hal ini untuk membuat beda antara pembeli dan penjual.
“Pakaian gini biar berbeda sama yang beli,” tegasnya.
Baca juga:
Polisi Berkostum Power Rangers Bagikan Takjil di Jombang, Anak-anak Semringah
Ada makanan khas Ramadan yang dijualnya di Gang Dagangan. Di lapak Mak Iwel, semua jajanan yang dijual dibandrol dengan harga murah. Rata-rata harganya di bawah Rp5 ribu.
“Jualan dawet, klanting, nasi ampok, nasi pecel, sama berbagai macam botokan, dan rempeyek. Tapi ini semua sudah habis mas. Ini nasi ampok Rp4 ribu, nasi pecel Rp3 ribu, klantingnya juga Rp3 ribuan. Ini es dawet juga Rp3 ribuan, ya harganya terjangkau untuk masyarakat di perdesaan,” tukasnya.