Pixel Codejatimnow.com

Mengintip Pameran Shibori di Surabaya, Fashion Khas Jepang yang Kini Ngehits

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Ni'am Kurniawan
Salah satu perajin Shibori asal Surabaya, Veni Rosita (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Salah satu perajin Shibori asal Surabaya, Veni Rosita (Foto-foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Surabaya - Bagi pecinta budaya Jepang, Shibori kini menjadi salah satu trend fashion masa kini. Fashion yang sedang ngehits ini bahkan telah masuk Surabaya.

Pameran Shibori ini digagas Dayujiwa, salah satu desainer sekaligus penggemar Shibori asal Yogyakarta. Dia mengaku jatuh cinta pada Shibori, karena memiliki karakter yang berkelanjutan.

"Maksudnya berkelanjutan itu kita menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan," ucap Dayujiwa kepada jatimnow.com di Galeri Kayoon, Surabaya, Kamis (7/4/2022).

Dalam sejarahnya, Shibori merupakan pakaian sehari-hari yang dipakai oleh orang jepang, kalangan menengah ke bawah, yang tidak mampu membeli baju kimono (baju khas jepang).

Saat ditanya alasannya memilih Surabaya dalam menggelar pameran, Dayujiwa mengaku bahwa Surabaya memiliki warga dengan karakter dan kelas fashion yang tinggi.

Baju-baju Shibori dalam pameran di salah satu galeri di Kayoon, SurabayaBaju-baju Shibori dalam pameran di salah satu galeri di Kayoon, Surabaya

Pameran Shibori sendiri, sengaja tidak dipublish secara umum dan diumumkan kepada kalangan-kalangan tertentu yang mengerti tentang adat dan budaya Jepang.

"Kenapa memilih Surabaya? Karena kami punya market di sini. Kedua ada ekosistem, artinya masyarakat Surabaya itu sangat mendukung dan mengapresiasi banget. Sejauh ini sih bagus apresiasi warga Surabaya," tambah dia.

Dayujiwa juga menjelaskan, penggemar Shibori kini semakin banyak seiring berjalannya waktu. Mulai dari kalangan muda hingga tua.

Baca juga:
Batik Shibori jadi Pusat Perhatian di Fashion Show Puteri Heritage Indonesia

"Kita sebenarnya itu setahun dua kali (menggelar pameran). Yang pertama Festival Shibori Goes to Surabaya. Jadi yang di situ semua tentang Shibori dan pewarnaan alam. Kalau sekarang pasar tumpah, jadi semua crafter bisa masuk," papar Dayujiwa.

Di tempat yang sama, salah satu perajin Shibori asal Surabaya, Veni Rosita mengatakan, pameran di Surabaya ini mengangkat tema 'sweetenable' dari hasil tangan (hand made).

Ia menerangkan, Shibori hanya bisa dibuat menggunakan tangan secara manual. Memiliki beberapa tehnik, mulai ikat, jahit, pres, hingga lipat, kainnya pun khusus dengan jenis katun. Alasannya, kain jenis katun lebih memiliki daya serap yang tinggi dan mudah terurai, sehingga lebih ramah lingkungan.

Beberapa pengunjung melihat baju Shibori dalam pameran di salah satu galeri di Kayoon, SurabayaBeberapa pengunjung melihat baju Shibori dalam pameran di salah satu galeri di Kayoon, Surabaya

Begitupun bahan pewarnanya yang menggunakan bahan-bahan pewarna dari alam, seperti tumbuhan.

"Warnanya yang biru kita pakai pewarna indigo, kalau coklat dari mahoni. Kalau indigo itu kita pakai pohon indigo," ucap Rosita.

"Kalau mahoni kita pakai kulit kayu mahoni. Sebenarnya kalau pewarna banyak sekali," sambungnya.

Salah satu cara pembuatannya yaitu menentukan pola yang ingin dilindungi oleh pewarna. Mengikat kain menggunakan karet dengan batu atau kelereng sebagai penyangga ikatan lalu dicelup ke dalam cat warna yang diinginkan.

"Itu teknik dasar, kalau di atasnya lagi itu ada teknik steaching. Itu kita jahit kemudian kita ikat. Nah kenapa merintangi warna, karena itu kita jahit, kita ikat, lalu dicelup habis itu di bredel (lepas) lagi," jelas Rosita.