Pixel Codejatimnow.com

Kisah Brigadir Gatot, dari Guru Ngaji Hingga Menyisihkan Tunjangan

Editor : Arif Ardianto  Reporter : Mita Kusuma
Brigadir Gatot mengajar anak-anak lingkungannya mengaji.
Brigadir Gatot mengajar anak-anak lingkungannya mengaji.

jatimnow.com - Pemikiran bahwa seorang polisi hanya mengatur lalu lintas dan menangkap penjahat mungkin pikiran jaman old. Tidak untuk jaman now.

Seperti yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Kelurahan Sidoharjo, Polsek Pacitan, Brigadir Gatot Dwi Ananto (32). Di tengah kesibukannya menggandeng masyarakat, Brigadir Gatot juga menggandeng anak-anak di lingkungannya untuk belajar mengaji.

"Saya semua sudah lengkap. Apalagi cita-cita dari kecil saya ingin mengajar ngaji. Tapi saya jadi polisi. Jadi kenapa tidak polisi sambil mengajar ngaji?" cerita Brigadir Gatot kepada jatimnow.com, Selasa (6/3/2018).

Gatot pun mengatakan, awalnya hatinya bergerak ketika tahu di lingkungan Teleng, Kelurahan Sidoharjo, bisa dilihat nuansa agamisnya kurang. Anak kecil dibiarkan begitu saja.

"Itu yang membuat hati saya bergerak. Anak-anak dibiarkan begitu saja. Istri saya sebelumnya juga ngajar ngaji mendukung," kata Suami dari Arifah Ulin Nuha ini.

Dia pun memulainya dengan sedikit demi sedikit. Dia mengaku yang penting ikhlas. Termasuk tunjangannya yang Rp 1,1 juta disisihkan untuk membeli kaos.

"Saya sisihkan sedikit demi sedikit. Saya beli kaos 10 buah dulu. Kemudian bulan berikutnya 10 sampai terkumpul 30. Baru disablon Bahrun Najah sesuai nama mushola," kata pria kelahiran Semarang, 7 Februari 1986 silam ini.

Dia menjelaskan, kaos itu juga sebagai pancingan. Sehingga banyak anak yang ingin belajar mengaji. Seperti tujuan awalnya.

Baca juga:
Budayawan Kota Batu Minta Maaf Sudutkan Institusi Kepolisian dan Tentara dalam Orasi

"Saat ini anak yang ngaji kepadanya bertambah. Dari semula 7 orang menjadi 30 an orang. Sehingga yang semula di rumahnya dipindah ke mushola Bahrun Najah," katanya.

Tidak hanya itu, Brigadir Gatot bersama istrinya juga sepekan sekali mengajak anak-anak untuk jalan-jalan ke pantai. Karena ibadah tidak hanya mengaji melainkan mengenalkan ciptaan Allah SWT juga.

Dia pun mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi di lapangan. Apalagi banyak anak yang baru bergabung dan ingin langsung membaca Al Qur'an.

"Setelah dites ternyata banyak bacaan yang salah. Akhirnya saya turunkan ke Iqro. Tapi orang tua nya marah. Baru saya kasih pengertian," katanya.

Baca juga:
Melukis dengan Ampas Kopi Jadi Cara Healing Terbaik Polisi di Kediri ini

Reporter: Mita Kusuma

Editor: Arif Ardianto