Pixel Codejatimnow.com

Serabi Bojonegoro Ngangeni

Editor : Budi Sugiharto  
Foto-foto: Siti Ainur Rodhiyah
Foto-foto: Siti Ainur Rodhiyah

jatimnow.com - Serabi merupakan kudapan tradisional khas Indonesia. Kuliner ini di Bojonegoro, Jawa Timur sempat cukup berjaya.

Berbahan baku dasar tepung beras, serabi Bojonegoro atau biasa disebut serabeh terasa gurih. Disajikan dengan dua pilihan, diguyur santan kelapa atau cukup dengan parutan kelapa dan bubuk kedelai.  Serabi Bojonegoro bentuknya berbeda dengan serabi Solo.

Pada era tahun 90an atau zaman old, di Bojonegoro banyak ditemui penjual serabi di sejumlah tempat. Memang sekarang masih terdapat penjual serabi, tapi tidak setenar seperti dulu kala.

Salah satu penjual serabi yang masih bisa dijumpai adalah Sumbarno (45). Setiap sore wanita pekerja keras ini menjual serabi di Jalan Jaksa Agung Suprapto.

Wanita dibantu rekannya mulai menjual serabi pada setiap hari mulai pukul 17.00 Wib hingga 22.00 Wib. Serabi ini langsung dimasak ditempat. Proses memasak dengan cetakan khusus terbuat dari gerabah tradisional menjadi pemandangan yang eksotis.

Api yang membakar gerabah tidak menggunakan kompor, melainkan dari kayu bakar.

Baca juga:
5 Resep Es Kekinian, Menyejukkan di Tengah Cuaca Panas Menyengat


"Biasanya kalau ramai, jam 9 malam juga sudah ludes", ujar Sumbarno yang mengaku berasal Kelurahan Banjarejo, Minggu (16/7/2018) malam.

Penikmat kuliner ini hanya cukup merogoh kocek Rp 4000 saja untuk perporsi serabi. Selain bisa dibawa pulang, pengunjung memilih makan di tempat.

Biasanya, pengunjung menambahkan ketan. Kudapan ini cocok disandingkan dengan kopi atau teh. Sunatis Saniyah, pembeli asal Pejambon, Kecamatan Sumberrejo sengaja mampir menikmati kudapan rakyat ini saat sedang berkunjung ke kota.

"Sama keluarga", kata dia.

Sunatis mengaku sering membeli serabi dengan dalih ketagihan dengan rasa gurihnya.

Baca juga:
6 Resep Kudapan Berbahan Buah, Lezat dan Menyehatkan



"Serabi sering bikin saya ketagihan, apalagi hari ini saya ngidam untuk calon anak pertama saya", ujarnya.

Kontributor: Siti Ainur Rodhiyah
Editor: Budi Sugiharto