jatimnow.com - Kecerdasan buatan (AI) kini juga berpotensi untuk memudahkan manusia dalam memahami emosi hingga membuka jalur untuk berkomunikasi dari hewan.
Dikutip dari Engadget, sejumlah ilmuwan kini serius mendalami potensi pemanfaatan teknologi untuk dapat memahami misteri kehidupan binatang.
Hal yang memotivasi penelitian itu adalah karena AI telah terbukti mampu mengurai bahasa manusia purba. Hal ini pun mendorong para ilmuwan untuk membawa pengem bangan AI ke ranah komunikasi yang lebih jauh lagi, yakni ke dunia binatang. Terlebih, pada 2017, sejumlah peneliti juga berhasil meng identifikasi komunikasi yang dilakukan hewan primata bernama marmoset.
Cara yang dilakukan oleh peneliti itu pun mengantongi akurasi hingga 90 persen. Diperkirakan AI baru bisa berperan da lam membantu komunikasi dengan hewan dalam sepuluh tahun ke depan.
Dibutuhkan waktu yang cukup lama mengingat proses untuk memahami komunikasi yang dilaku kan oleh hewan sangatlah rumit. Terlebih, hewan memiliki pola komunikasi yang sangat jauh berbeda dengan manusia.
Behavioral Ecologist di Univer sity of Chester dan Anglia Ruskin Uni versity, James Savage, mengatakan, pada dasarnya hewan tidak suka bercakap-cakap. Artinya, hewan hanya akan berkomunikasi jika hewan itu memang merasa per lu untuk mengungkapkan sesuatu.
"Hewan tak ingin repot-repot mengungkapkan apa yang tengah ia rasakan. Hewan hanya akan menyampaikan informasi kepada hewan lain jika ia mendapat manfaat saja," ujar Savage.
Dikutip dari New Yorker, pendalaman potensi AI dalam menerjemahkan bahasa hewan juga me libat kan mesin belajar atau ma chine learning (ML). Sehingga, dibutuhkan banyak data bahasa hewan yang kompleks untuk kemudian dikaitkan dengan makna dari bentuk komunikasi mereka.
Artinya, kemungkinan nantinya teknologi ini akan sama konsepnya dengan Google Tran slate yang saat ini telah mampu menerjemahkan banyak bahasa manusia dari berbagai negara. Dengan mesin belajar, diperlukan data set yang banyak, sebagai bahan bagi mesin untuk dapat terus meng-upgrade kemampuannya.
Animal Behaviorist dan Pro fes sor Emeritus di Northern Arizona University, Con Slobodchikoff mengatakan, perpaduan AI dan mesin belajar membuat kemungkinan manusia bisa memahami isi hati hewan makin terbuka.
"Teknologi komputer akhirnya memungkinkan kita untuk melihat ke dalam dunia hewan. Proses ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa mereka adalah makhluk hidup kompleks yang pantas kita pahami dan hormati," kata Slobodchikoff.
Baca juga:
Pentingnya AI bagi UMKM, Ide Bisnis Baru hingga Perlindungan Merek
Menurut dia, hewan memang memiliki bahasa, kemampuan mema hami waktu, memiliki emosi dan memiliki pemikiran untuk merencanakan sesuatu.
"Tapi, ada hal yang membuat hewan tetap unik. Hal itu adalah terkait cara hewan dalam melihat dunia nyata," katanya.
Namun, hewan juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Misalnya, lebah dan beberapa burung mengandalkan kemampuan visualnya lewat gelombang ultraviolet. Kemudian, ada pula kelelawar, lumba-lumba, anjing dan kucing yang mampu mendengar suara dalam gelombang ultrasonik. Artinya, demi bisa memahami makna bahasa dari tiap hewan juga perlu mendalami beragam faktor itu secara spesifik.
Menurut Slobodchikoff, kecer dasan buatan dan teknologi komputer akan bisa membantu manu sia mulai untuk menguraikan bahasa hewan. Termasuk, memahami kognisi hewan dengan istilah yang bermakna bagi hewan, bukan dengan istilah kita.
Apalagi, mesin belajar juga akan bisa membantu manusia meng analisa data dan mencari ko relasi dengan sangat efisien. Sebab, mesin belajar bisa menemukan hu bungan statistik yang terlewatkan oleh peneliti.
Baca juga:
SPE 2024 Resmi Dibuka 4 Hari, Kepoin Teknologi Mesin Percetakan Terbaru Disini
Saat ini, salah satu organisasi yang tengah mendalami peran AI dalam komunikasi hewani adalah Earth Species Project. Organisasi itu pun mengeklaim menjadi organisasi pertama yang telah berhasil membuka kunci komunikasi bahasa nonmanusia.
Lewat beragam teknologi ter kini, AI dan ML ditantang untuk memecahkan algoritme yang berkaitan dengan gerak tubuh, urutan gerakan, atau perubahan tekstur kulit pada hewan. Rumitnya pen dalaman yang dilakukan pun mem buat Earth Species Project memperkirakan, upaya ini akan menunjukan hasilnya dalam lima hingga 10 tahun ke depan.
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama jatimnow.com dengan Republika.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Republika.co.id