Pixel Codejatimnow.com

Mixer Ragi Kedelai Otomatis Ciptaan Mahasiswa Untag Permudah UMKM Perajin Tempe

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Mesin pencampur (mixer) otomatis ragi dengan kedelai karya mahasiswa Untag. (Foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)
Mesin pencampur (mixer) otomatis ragi dengan kedelai karya mahasiswa Untag. (Foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)

Surabaya - Dua mahasiswa Program Studi (prodi) Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, berhasil membuat mesin pencampur (mixer) otomatis ragi dengan kedelai.

Mesin ini untuk home industry atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tempe di Dusun Jajar, Desa Sukorejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Mereka adalah Agus Rianto dan Lutfi Rahman Fadila. Inovasi ciptaannya itu adalah tugas akhir yang berhasil memperoleh nilai A. Keduanya akan diwisuda pada 4 September mendatang.

Agus mengatakan inovasi yang diciptakan ini berawal dari keprihatinannya terhadap cara produksi tempe dari UMKM di Dusun Jajar yang berdiri sejak tahun 1980-an ini tidak maksimal.

Untuk meningkatkan kualitas tempe dan pendapatan UMKM, Agus dan Lutfi berhasil mengembangkan alat pencampur ragi dan kedelai dengan bahan yang lebih higienis serta kapasitas lebih besar.

“Input bahan baku biji kedelai pada home industry tersebut mencapai 75 Kg hingga 90 Kg biji kedelai per hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak dua orang,” ujar Lutfhi saat ditemui di Laboratorium Ergonomi Untag Surabaya, Kamis (1/9/2022).

Agus mengatakan bahwa alat ini juga mampu menghasilkan hasil produksi tempe yang memenuhi standar dengan tingkat efisiensi waktu dan biaya produksi.

“Alat ini menggunakan bahan baku jenis SUS (Steel Uses Stainless) sehingga tahan terhadap oksidasi atau korosi sehingga mampu menjaga tingkat sterilisasi objek yang diaduk,” terang Lutfi.

Saat diujikan langsung di Dusun Jajar, berdasarkan penghitungan pada proses pencampuran ragi dan kedelai terdapat tingkat selisih kapasitas maksimal sekitar 30 menit atau setara dengan 50% selisih efisien waktu.

Upah pekerja jika manual 2.608 untuk satu pekerja per hari, sedangkan untuk alat ini membutuhkan biaya Rp501 untuk biaya listrik aja

Baca juga:
Mahaiswa ITS Gagas Modifikasi Aspal dari Limbah Lumpur dan Kelapa Sawit

"Selain itu dengan acuan upah tenaga kerja Rp60.000 per hari dan proses pencampuran manual membutuhkan waktu sekitar 60 menit, lalu dibandingkan dengan biaya penggunaan alat yang hanya memakan Rp501 per hari maka terdapat selisih biaya produksi sebanyak 76,922%," ungkap Lutfi.

Kedepannya tambah Lutfi, dia mentargetkan alat mixer ini dapat diproduksi secara massal. Sehingga bisa membantu UMKM yang bergerak dalam pembuatan tempe itu tetap bisa produksi secara maksimal.

"Kita berdua melihat peluang untuk bisa merancang inovasi alat untuk membantu penjualan secara efesien, efektif dan hasil produksi tempenya maksimal,” ujar Agus.

Dengan adanya mesin pencampur ragi tempe dan kedelai untuk home industry tempe, dia berharap tugas akhirnya tentang ‘Perancangan Alat Mixer Ragi Tempe dengan Biji Kedelai pada Home Industry Tempe‘ dapat membantu UMKM pembuat tempe.

"Semoga dapat membantu UMKM khususnya home industri tempe dalam memberikan efisien waktu, frekuensi, dan biaya sehingga mampu mendorong produktivitas UMKM untuk lebih berkembang," bebernya.

Baca juga:
Pemkot Surabaya Buka Lomba Inovasi Kota Inovboyo 2024, Buruan Daftar!

Sementara itu dosen pembimbing, Putu Eka Dewi Karunia Wati menuturkan mixer yang dibuat kedua mahasiswanya tersebut untuk membantu pelaku UMKM tempe. Sehingga sekali proses pencampuran mampu menampung 5 Kg kedelai tempe dan dapat menghasilkan 1500 pcs dan menghemat waktu.

"Jika dibuat sendiri memang alat mixer ini masih terbilang mahal. Karenanya alat dengan modal pembuatan Rp6 juta ini akan dihibahkan pada UMKM tersebut," katanya.