Pixel Codejatimnow.com

Wow! Musik Rock Ternyata Bisa Mempercepat Fermentasi Tempe

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Farizal Tito
Para siswa SMA Negeri 21 Surabaya yang meneliti musik rock bisa mempercepat fermentasi tempe (Foto-foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)
Para siswa SMA Negeri 21 Surabaya yang meneliti musik rock bisa mempercepat fermentasi tempe (Foto-foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)

Surabaya - Musik rock kerap dianggap musik kemarahan, ekspresif dan agresif. Banyak masyarakat menyukai genre ini karena dinilai bisa menggugah semangat.

Namun siapa sangka, musik rock itu bisa digunakan untuk mempercepat proses fermentasi tempe. Hal itu dibuktikan sekelompok siswa dari SMA Negeri 21 Surabaya. Mereka memanfaatkan hal itu dengan nama Tech Fregesio.

Penelitian tersebut berhasil menyabet medali emas dalam World Science, Environment and Engineering Competition (WSEEC) 2022 Universitas Indonesia Salemba dan penghargaan Fully Funded Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) 2022 serta Iysa Grand Award.

Siswa-siswa itu adalah Michelle Tiffany Laowo, Christine Aulina Anugrah, Tirta Ayu Ningrum, Nael Nahdiyah Azzahra, M Faishal Al Faruq dan M Labib Abyan.

Ketua tim, Michelle menyebut bahwa inovasi ini juga didukung inkubator Tech Fregesio yang dilengkapi dua lampu berdaya masing-masing 40 watt, busa dan thermometer. Juga dilengkapi speaker dan musik rock untuk membantu percepatan fermentasi pada tempe.

"Biasanya, jika manual proses fermentasi membutuhkan waktu selama 36 jam atau 2 hari. Tapi karena kita menggunakam inkubator dan musik rock ini, waktu proses fermentasi tempe hanya membutuhkan waktu 4 jam dari kedelai yang bercampur ragi hingga menjadi tempe siap pakai," ujar Michelle, Selasa (6/9/2022).

Dari hasil itu, Michelle dan tim menyimpulkan jika musik rock berpengaruh pada pembelahan pada jamur fermentasi tempe. Dalam penelitian ini, mereka juga menggunakan musik klasik untuk membansingkan percepatan pembelahan jamur pada tempe.

Hasil penelitian siswa di SMA Negeri 21 Surabaya terkait musik rock bisa mempercepat fermentasi tempeHasil penelitian siswa di SMA Negeri 21 Surabaya terkait musik rock bisa mempercepat fermentasi tempe

"Kita gunakan dua inkubator. Yang satu diisi musik rock, satu lagi musik klasik. Kita gunakan waktu yang sama. Dan hasilnya lebih cepat menggunakan musik rock hanya butuh 4 jam. Sedangkan saat menggunakan musik klasik kita butuh waktu selama 8 jam. Kalau tidak pakai musik dan hanya pakai inkibator sekitar 9 jam. Sementara kalau manual mencapai 2 hari," papar dia.

Ide meneliti musik rock pada percepatan fermentasi tempe ini tidak lepas dari tinjauan dari beberapa jurnal luar negeri dan nasional. Tak hanya tempe, percobaan juga dilakukan dalam pertumbuhan cabai dan sawi yang lebih cepat.

Baca juga:
Lemlit Unitomo Gelar Klinik Proposal Hibah Penelitian DRTPM 2024

"Hasil uji laboratorium musik rock mempengaruhi pembelahan sel dan jamur yang lebih cepat," terangnya.

Dia melanjutkan, dalam proses pembuatan tempe dengan Tech Fregesio ini, pertama inkubator dipanaskan hingga 36-37 derajat lebih dulu. Kemudian kedelai yang tercampur ragi dimasukkan ke inkubator.

Selanjutnya menyalakan musik rock dengan frekuensi 258-3.273 Hz dengan kecepatan desibel 89 7 db. Sediakan penganalisis spektrum suara untuk mengecek kestabilan frekuensi. Selanjutnya pasang thermometer.

"Selama proses fermentasi inkubator tidak boleh dibuka. Kami membutuhkam waktu selama 4 bulan untuk merampungkan dan menyimpulkan hasil penelitian. Lamanya proses ini juga dipengaruhi pada perakitan alat inkubator dan setiap uji coba musik selama 3 kali untuk hasil yang lebih akurat," ungkapnya.

Sementara guru pebimbing tim Tech Fregesio, Budi Santoso menyebut, penelitian yang dilakukan para siswanya ini merupakan gabungan dari ilmu fisika, kimia dan biologi.

Baca juga:
Mahasiswa IPB Ditemukan Meninggal Saat Penelitian di Pulau Sempu Kabupaten Malang

Mereka yang sukses meraih gold medal ini tak lepas dari proses pembelajaran dari berpikir tingkat tinggi yang mampu mengajari siswa berpikir kritis.

"Banyak anak-anak mendaftarkan dirinya untuk mengikuti berbagai ajang kompetisi karya ilmiah remaja (KIR) ada life science, metal science dan enggineering. Dalam bidang-bidang ini mereka dibimbing oleh para guru yang luar biasa kompetennya," terangnya.

Budi menambahkan, sebelum mengikuti kompetisi KIR, para siswa terikat kontrak dengan para pebimbing. Kontrak terkait komitmen siswa yang harus totalitas dan by desain.

"Langkah pertama, guru menguji dan memberikan reward, good excelent dan presetantion. Kedua diminta untuk mencari 10 jurnal international dan 5 jurnal nasional. Kemudian direview bersama pembimbing. Salah satunya dengan penelitian percepatan fermentasi tempe, yang mana musik rock jauh lebih meningkatkan proses pembelahan pada tempe. Ini sudah diuji oleh para guru besar di ITS," beber dia.

Budi mengaku karya para siswa ini telah dicatatkan pada Hak Kekayaan Intelektual (Haki).