Pixel Code jatimnow.com

Nama dan Makna Busana Khas Jombang

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Elok Aprianto
Busana khas Jombang. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Busana khas Jombang. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bupati Hj Mundjidah Wahab melaunching busana khas Jombang pada upacara peringatan Hari Jadi Pemerintahan Kabupaten Jombang ke-112.

Setiap bagian dari busana ini memiliki nama dan makna tersendiri. Berikut informasi yang dihimpun jatimnow.com dari pihak Pemkab Jombang.

Udheng blangkon Sundhul Mego. Udheng ludruk yang dikombinasikan dengan blangkon cekdongan. Maknanya, insan Jombang sangat egaliter, sangat menghormati perbedaan, sangat toleran.

Nama Sundhul Mego diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.

Jas Gulon Dwi Gatra merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya.

Jas Gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama yakni RAA Soeroadiningrat V

Baca juga:
Pj Bupati Jombang Sugiat Kawal Gerakan Bangga Produk Lokal

Tapih adalah istilah untuk busana bagian bawah pria. Istilah tapih yang artinya kain atau busana bawah yang sudah dipakai sejak era Mataram Kuno atau Medang.

Tapih Kudawaningpati untuk menunjukkan busana laki-laki Jombang deles. Dari tokoh dalam cerita Panji pada Wayang Topeng

Busana Putri yakni Kemodoningrat Pati. Busana wanita dalam pakaian adat Jombang deles dinamai dengan Kemodoningrat.

Baca juga:
Pesan Pj Bupati Jombang Sugiat pada Purna PNS, Pengabdian Tak Mengenal Akhir

Nama Dewi Kemodoningrat adalah nama lain Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, istri Panji Asmarabangun alias Panji Kudawaningpati.

Dewi Kemodoningrat juga dipercaya sebagai pembabat Dusun Kemodo, Desa Dukuhmojo, Mojoagung.