Pixel Codejatimnow.com

Pakar Komunikasi Unair Dorong Terbentuknya Komite Digital, Apa itu?

Editor : Rochman Arief  Reporter : Farizal Tito
(foto: Suko Widodo for jatimnow.com)
(foto: Suko Widodo for jatimnow.com)

jatimnow.com - Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo mendorong seluruh stekeholder di kota Surabaya membentuk komite digital, guna mengantisipasi pengaruh dunia maya yang berakibat fatal dalam perkembangan remaja.

Hal tersebut dikemukakan Suko di sela Sosialisasi peningkatan partisipasi perempuan di bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi untuk pemberdayaan perempuan pada DP3APPKB di Surabaya, Selasa (25/10/2022).

"Era 5.0 ini kita harus memiliki pendidikan literasi media terhadap guru. Sementara komite digital ini terdiri atas orang tua, pemuda yang berpengalaman digital, aktivis media digital, guru, tokoh masyarakat, akademisi, pekerja media, pemerintah maupun polisi, untuk mengantisipasi kenakalan remaja di era gadget," kata Suko Widodo.

Selain itu, Suko juga mendorong pemerintah agar memfasilitasi forum dan ruang diskusi pendidikan digital dalam menyusun sebuah formula.

"Kita harus belajar dan berdiskusi bersama, serta perlu membentuk formulasi yang dapat diterapkan. Harapannya agar aktivitas di dunia maya yang dilakukan anak-anak bisa terarah," tambahnya.

Dalam diiskusi itu mengambil tema "Komunikasi Asik antara Orang tua dan Anak". Suko berharap orang tua dapat belajar bersama menjaga harmonisisasi hubungan, melalui komunikasi yang baik dengan anak.

Baca juga:
Kasus Korupsi Mencuat, Akademisi di Malang Soroti Integrasi Pendidikan

Sementara peserta diskusi melibatkan 200 orang tua para pelajar di Surabaya. Beberapa orang tua menyampaikan keluhan banyaknya peristiwa di Surabaya yang disebabkan atau informasi didapat dari dunia maya.

Menjawab keluhan itu, Suko menyarankan remaja tidak harus dibatasi, melainkan diarahkan. Sebab, lanjut Suko, sikap remaja masih cenderung memiliki sifat egosentrisme.

"Sikap inilah yang membuat mereka lebih percaya dengan pendapat pribadinya, dibandingkan solusi orang tuanya. Jadi psikologi komunikasi inilah yang harus dibuatkan solusi, agar remaja tetap mau diarahkan dan tidak terjerumus pada suatu yang negatif," bebernya.

Baca juga:
Pengetahuan Lalu Lintas Masuk Kurikulum Belajar Siswa di 2024

Ditambah permasalahan keterbatasan kompetensi komunikasi orang tua murid, terkadang membuat solusi menjadi sulit diterima anak-anak yang mayoritas berusia remaja.

"Ini menjadi ironi, karena sejatinya sosok orang tua menjadi guru dan orang pertama yang mendukung dan memberi pengaruh pada anak dalam memilih setiap keputusan dalam kehidupannya," ujarnya.