Pixel Codejatimnow.com

Demi Naik Haji, Sariyati Tirakatan Makan Nasi Aking

Sariyati
Sariyati

jatimnow.com - Kegigihan dan tirakat bertahun-tahun yang dijalani Sariyati (57), perempuan penjual sayur keliling asal Dusun Jembel, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur terbayar lunas setelah menginjakkan kakinya di asrama haji Sukolilo Surabaya.

Ia Tidak menyangka jika nasibnya kini teramat indah, karena dapat dipastikan sebentar lagi ia akan terbang bersama kloter 42, berkunjung ke Baitullah menjalankan ibadah haji.

Meski hanya bermodal awal Rp 500 ribu rupiah, keuntungan hasil jualan sayur yang dia dapat hanya berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp30 ribu per hari.

Meski berpenghasilan pas-pasan tak menyurutkannya untuk tetap membiayai anaknya bersekolah dan menyisihkan untuk menabung demi melunasi pembayaran haji sebanyak Rp 36 juta.

Saat ditemui di Graha bir Ali, Sariyati mengaku demi menghidupi satu anak dan berkeinginan untuk mencium harumnya Hajar Aswad, setiap hari ia rela mengkonsumsi nasi sisa kemarin yang diperolehnya dari pemberian tetangga.

"Penghasilan pas-pasan, tirakat saya biasanya makan nasi yang sudah kering (nasi aking-red), supaya bisa memberi uang saku anak dan menabung untuk berhaji,” tuturnya.

Baca juga:
Persiapkan Perjalanan Ibadah Haji dan Umrah Anda di Sini

Setiap hari, janda beranak satu ini berjualan sayur keliling memakai sepeda angin, ia biasa jualan dari kantor ke kantor yang ada di Tuban sejak tahun 90 an.

Tahun 1990 Sariati mulai menyisihkan uang yang ia dapatkan dibawah tikar pandan yang biasa ia gunakan sebagai alas tidur. Dan salah satu pelanggannya menyarankan Sariati untuk menabung uangnya, digunakan untuk daftar haji.

"Sampai tahun 2010, uang tabungan terkumpul 26 juta rupiah. Saya gunakan untuk daftar haji. Dan untuk menutup ONH, saya cicil dari hasil dari berdagang," terangnya.

Baca juga:
Kambing Seharga Rp25 Juta hingga Pelunasan Biaya Haji

Tapi tiga tahun belakangan, ia mengaku jika dagangannya sepi. Tapi ia tidak bisa berhenti menabung untuk kebutuhan lain seperti uang sekolah anaknya.

"Ya mau tidak mau demi membiayai anak hingga lulus nanti, saya cuma menggandalkan dari hasil berdagang sayur," pungkasnya.

Reporter: Fahrizal Tito
Editor: Erwin Yohanes