Pixel Codejatimnow.com

Tradisi Sembelih Kambing Kendit untuk Sedekah Bumi Desa Carangrejo Ponorogo

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Mita Kusuma
Proses larungkan kambing kendit (Foto-foto:Mita Kusuma/jatimnow.com)
Proses larungkan kambing kendit (Foto-foto:Mita Kusuma/jatimnow.com)

jatimnow.com - Puluhan warga Desa Carangrejo, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, Jumat (11/11/2022) berkumpul di Dam Sumorobangun. Mereka menggelar sedekah bumi dengan menyembelih kambing kendit.

Pantauan di lokasi, prosesi penyelembihan dilakukan subuh sekitar pukul 04.00 WIB.Kemudian kambung itu diambil dagingnya untuk dimasak oleh para bapak-bapak yang datang. Saat memasak, tidak diperbolehkan ibu-ibu atau wanita yang memasak. Sementara bagian kepala, jeroan dan kulit dilarung di sungai.

“Sebagai bentuk penjamuan kepada makhluk lain, seperti ikan atau penunggu sungai," ujar Kepala Dusun Bulurejo, Desa Carangrejo, Kecamatan Sampung, Suyatno.

Kambing kendit adalah kambing berbulu hitam, namun bagian punggungnya putih, mirip selendang putih yang melingkar di badannya. Kambing kendit ini dianggap istimewa dan sakral.

Dia menjelaskan tradisi ini sudah berjalan 200 tahun lebih dan terus dilestarikan oleh warga setempat. Setiap bulan 11 atau November dan harus hari Jumat Legi.

Suyatno menerangkan setelah selesai acara memasak kemudian dilanjutkan dengan acara doa bersama atau kenduri. Warga pun antusias mengikuti prosesi ini.

Baca juga:
Menikmati Wayang Thengul, Rangkaian Sedekah Bumi Warga Desa Campurejo Bojonegoro

Ini, lanjut Suyatno, sebagai bentuk rasa syukur dalam atas air dari Sumorobangun ke Carangrejo. Awal mulanya, ada mbah Doplang yang memimpin warga Carangrejo untuk membuat aliran sungai.

"Mbah Doplang menyeret tongkatnya untuk membuat sungai bersama warga, dari Sumorobangun sampai ke Carangrejo. Agar warga Carangrejo hidup makmur dari hasil pertanian," imbuh Suyatno.

Setelah pelarungan dan kenduri, ritual dilanjutkan dengan mengawinkan dua sumber air. Dari sumber air Sumorobangun dengan air Beji Sendang Songo.

Baca juga:
5 Trending Topik Pekan Ini: Nomor 2 Sampai Sekarang Masih Misterius

"Warga berharap dengan adanya ritual ini, sebagai sesama makhluk biar harmonis. Sebagai generasi penerus, kami hanya meneruskan dan melestarikan," pungkas Suyatno.

Untuk diketahui, kegiatan ini adalah bagian dari event budaya Boyong Basuki Tirto Pagesangan, 6 hingga 12 November 2022.