Pixel Codejatimnow.com

Pandangan Ahli Kimia Unair Tentang Dampak Gas Air Mata

Editor : Rochman Arief  Reporter : Zain Ahmad

jatimnow.com - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari 100 orang di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, pada 1 Oktober lalu masih menjadi pembicaraan.

Sejumlah pakar kimia membahas dampak gas air mata yang memiliki zat tertentu. Umumnya gas air mata digunakan untuk menghalau aksi massa atau kerusuhan.

Menurut pakar kimia dari Universitas Airlangga Surabaya, Prof. Dr. Dwi Setyawan mengatakan bahwa gas air mata memang dirancang untuk pengendali kerusuhan.

"Formulasi gas air mata merupakan zat kimia biasa yang digunakan secara terbatas, senyawa 2 Clorobenzalmalononitrile (CS), komponen penentu yang biasa disebut gas CS, difungsikan sebagai agen pengendali kerusuhan," katanya dalam Focus Group Discussion bertema "Pertanggungjawaban Pidana Kasus Tragedi Kanjuruhan Malang" di Gedung Pancasila, Fakultas Hukum Unair, Jumat (25/11/2022).

Ia menambahkan bahwa gas air mata bertekstur padat solid kristalik atau powder (serbuk), bahan kimia ini bersifat iritasi.

"Secara garis besar, bahwa bahan untuk gas air mata sebenarnya memang sifatnya toxic (mengandung racun), tapi memang bahannya diformulasikan untuk kebutuhan khusus dalam batas aman," urainya.

"Namun perlu melihat kondisi. Jika dalam keadaan tertutup misalnya, maka bisa jadi penyebab kematian, seperti korban di Stadion Kanjuruhan itu," tambah Prof Dwi.

Hal senada juga diungkapkan Prof. Dr, Fahimah Martak, M.Si yang juga pakar kimia. Ia menyebutkan bahwa komponen gas air mata merupakan senyawa yang terkandung di dalam gas air mata pada dasarnya adalah serbuk, seperti merica halus.

Baca juga:
Ini Ilustrasi Baru Arema FC di HUT ke-36, Bismillah Bangkit

Ia menggambarkan gas air mata lebih mirip sianida. Bedanya racun sianida yang menyebabkan orang meninggal dicampurkan dengan kopi. Efeknya jauh lebih ganas dibandingkan gas air mata.

"Kalau ini (gas air mata) kan dihirup, Nah kadar yang dihirup itu berapa, itu yang kita tidak tahu. (Ketika dihirup) bisa timbul sesak nafas," ujarnya.

Fahimah menegaskan jika gas air mata itu tidak menyebabkan kematian jika hanya dihirup sedikit. Berbeda dengan sianida yang memberi efek ganas karena dicampurkan dengan minuman.

"Ketika menghirup dan kondisi tubuhnya fit, tidak menbimulkan gejala apa-apa," jelasnya.

Baca juga:
Pria Bersepeda Bawa Keranda dari Batu Disambut Bonek di Surabaya, Ini Pesannya

Namun ia mengingatkan baha pada dasarnya bahan kimia itu berbahaya. Ia mencontohkan gas CO (karbondioksida) yang dikeluarkan kendaraan bisa membahayakan udara terbuka. Namun gas ini terikat oleh banyaknya tanaman hijau, sehingga manusia tidak terdampak langsung. 

Namun ia memiliki pandangan sendiri tentang gas air mata. Fahimah mengatakan bahwa gas air mata memang bia mengakibatkan sesak nafas hingga membuat mata kabur, tapi bukan penyebab utama kematian.

"Dalam kasus Tragedi Kanjuruhan, seseorang bisa meninggal disebabkan banyaknya gas yang terhirup, yang menyebabkan pandangan kabur, sesak napas, dan terinjak-injak. Tapi, saya tidak tahu, kepanikan di lapangan seperti apa," tandasnya.