Pixel Codejatimnow.com

Kenali Sistem Imun Anda, Sebagai Perisai Melawan Varian Virus Baru

Editor : Redaksi  
Ilustrasi
Ilustrasi

jatimnow.com - Tidak terasa liburan akhir tahun sudah semakin dekat. Banyak orang yang sudah mengamankan tiket dan hotel mereka ke segala destinasi di seluruh ujung negara bahkan di luar negeri.

Akan tetapi, sepertinya ada teman lama tak jumpa yang mulai bermunculan seiringnya liburan mendekati. Ya, varian baru COVID-19 yaitu varian XBB dan BQ.1 dan naiknya kasus COVID-19 di seluruh dunia pasti akan membuat Anda berpikir, worth it tidak ya untuk pergi liburan kali ini?

Indonesia dan seluruh dunia juga sedang menantikan gelombang kasus COVID-19 ketiga yang puncaknya diprediksikan jatuh pada Januari sampai Februari 2023, tepat setelah liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Juru bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril pada 16 November 2022 lalu mengatakan bahwa varian XBB dan BQ.1 sedang naik daun di Tanah Air dan harus diwaspadai. Lalu, apa yang membuat varian XBB dan BQ.1 sangat diwaspadai?

Bukti saintifik mengungkapkan bahwa varian-varian tersebut dapat lolos dari deteksi dari imunitas yang didapatkan dari vaksin dan infeksi COVID sebelumnya. Artinya, sistem imun menganggap bahwa varian XBB dan BQ.1 bukan benda yang harus dibasmi. Dan jika virus masuk ke dalam tubuh, maka dapat berkembang biak dengan gampang.

Melalui situs World Health Organization (WHO) pada 27 Oktober 2022, fenomena ini sudah diamati di Singapura dan India (XBB) dan di Eropa dan AS (BQ.1), di mana kasus COVID mengalami lonjakan.

Mutasi atau perubahan bentuk dari protein spike (paku di permukaan virus korona) varian XBB dan BQ.1 cukup signifikan dibandingkan dengan varian induknya. Karena itu, ada kemungkinan tubuh kita tidak dapat mengenalinya sebagai virus corona.

Orang yang terinfeksi varian-varian tersebut mengungkapkan bahwa gejala yang dialami mereka adalah rasa mual, sakit pencernaan seperti diare, linu tulang dan otot, dan sebagainya. Juga, beberapa kelompok yang lebih rawan terinfeksi varian tersebut adalah lansia, pengidap co-morbid yaitu penyakit kronis dan imun, dan long COVID.

Pasti Anda berpikir: "Apa hal ini cukup untuk membatalkan liburanku? Harus seberapa wasapadakah aku?" Tenang saja, sebab manusia dikaruniai sistem imun yang mampu menghadang semua jenis patogen dan penyakit menular, asalkan kondisinya optimal.

Untuk melidungi diri kita dari virus COVID yang selalu bermutasi dan beradaptasi terhadap pertahanan tubuh, kita harus memastikan kondisi sistem imun kita seimbang dan fungsional.

Sistem imun kita harus cepat beradaptasi untuk mengenali dan melawan varian virus corona baru. Perlawanan dari sistem imun kita terhadap virus bagaikan sebuah kerajaan yang diserang oleh pasukan kerajaan musuh dari segala arah.

Namun, siapakah di tubuh kita yang berperan sebagai pasukan yang melawan patogen? Probiotik (mikroba menguntungkan) dan sel-sel imun yang bekerja secara seimbang agar sistem imun yang termodulasi dapat tercapai.

Respon imun yang seimbang sama seperti pasukan kerajaan yang memiliki pertahanan internal yang mampu memusnahkan lawan dengan cepat (imunostimulasi), sensitif terhadap target mereka sehingga sekutu sendiri tidak ikut terserang (imunotoleransi), dan tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut di dalam kerajaan (imunosupresi).

Detailnya: Catat! Begini Cara Bijak Menghadapi Berbagai Varian Baru Covid-19

Probiotik juga dapat memberikan perlawanan langsung terhadap patogen, seperti memproduksi metabolit (produk probiotik) yang dapat membunuh patogen dan mendominasi permukaan dinding sel tubuh agar tidak mudah ditempati oleh patogen.

Lalu, bagaimana cara kerja sistem imun bila tubuh terpapar varian baru patogen?

Pertahanan tubuh kita seperti sebuah kerajaan yang diserang oleh pasukan kerajaan musuh, dan pasukan di tubuh kita merupakan probiotik (mikroba menguntungkan) dan sel-sel imun kita. Karena itu, sangat penting menjaga mikrobiota yang beragam dan seimbang agar probiotik mendominasi dan bermanfaat bagi tubuh kita, dan sistem imun kita termodulasi seimbang.

Baca juga:
Membangun Kesehatan Promotif Preventif dengan Functional Medicine

Patogen baru seperti virus varian XBB atau BQ.1 memasuki tubuh kita lewat saluran pernafasan (mulut atau hidung untuk virus corona), sama seperti pasukan musuh yang menerobos dinding kerajaan.

Akan tetapi, jika pipa pernafasan kita didominasi oleh probiotik, maka patogen baru tidak dapat menembus penghalang epitel yang membatasi pipa pernafasan dengan peredaran darah. Hal tersebut ibaratnya pasukan pemanah yang elite. Maka itu, banyak musuh yang dapat terbunuh oleh serangan panah dari jauh sebelum mereka dapat menerobos gerbang depan.

Probiotik menguatkan tight junction di sel epitel sehingga tidak dapat diterobos patogen baru dan terjadi translokasi (patogen masuk peredaran darah atau organ lain). Probiotik di pipa pernafasan juga memproduksi senyawa antibiotik alami untuk membunuh bakteri atau biosurfaktan untuk membunuh virus. Kemudian, sel imun kita mulai beraksi.

dr Gary Alvaro Gesondr Gary Alvaro Geson

Bagian tubuh patogen yang terkoyak kemudian ditelan oleh sel penyaji antigen (APC) seperti sel dendritik. Proses bernama fagositosis ini untuk mendapatkan data tentang struktur sel patogen baru tersebut. Data ini lalu disampaikan ke sel B agar antibodi IgA dapat disekresi sekitar lapisan mukosa yang melumuri sel epitel. Dengan demikian, pertahanan lini depan tubuh kita terbentuk.

Kita juga tidak boleh lupa bahwa pandemi masih berlangsung! Masih ada kemungkinan kita kontak dengan orang-orang yang terinfeksi varian baru, dan alhasil, kita terinfeksi jumlah virus (viral load) yang tinggi. Mikrobiota kita akan bergeser ke dominasi patogen (disbiosis) dan akan merusak tight junction di pipa pernafasan kita, sehingga translokasi terjadi.

Tapi, jangan khawatir. Terdapat sel-sel imun kita di peredaran darah bagaikan pasukan berpatroli di dalam kerajaan. Sel-sel APC seperti neutrofil dan makrofag akan melakukan fagositosis.

Karena serangan patogen terjadi di peredarah darah atau jaringan organ, data patogen baru dikirim ke sel B agar antibodi IgG (antibodi sistemik yang bekerja di seluruh tubuh) dibuat, atau ke sel T helper (CD4) agar sitokin pro-inflamasi dan anti-inflamasi diproduksi. Sitokin tersebut juga merupakan bahasa sel.

Baca juga:
Momen Pertemuan PRO EM1 dengan Induk Semang

Selain menyebabkan keradangan untuk menghancurkan patogen, sitokin pro-inflamasi mengaktifkan sel T killer (CD8) yang tugasnya membunuh patogen dengan cara "menyuntikkan" protein sitotoksik kedalam patogen. Pada akhirnya, ketika patogen sudah terbasmi, sitokin anti-inflamasi meredakan keradangan yang tersisa agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut pada sel-sel tubuh kita. Sungguh hebat sistem imun kita yang dapat beradaptasi melawan berbagai macam patogen.

Kabar tentang varian XBB dan BQ.1 memang meresahkan, tetapi kita bisa memberdayakan sistem imun kita agar dapat mengenali dan melumpuhkan serangan virus yang pandai melewati pertahanan tubuh kita.

Memiliki pola hidup yang sehat, di antaranya tidur yang cukup, asupan makanan yang bergizi seimbang, ohlaraga yang teratur, dan pengelolaan stres, akan mengoptimalkan fungsi sistem imun kita.

Satu hal lainnya yang dapat memberikan keuntungan yang sama adalah suplementasi probiotik. Dengan suplementasi probiotik, mikrobiota di tubuh kita dapat menjadi lebih beragam dan seimbang agar metabolisme di tubuh kita dan fungsi sistem imun kita termodulasi seimbang pula.

PRO EM1 adalah suplemen probiotik multistrain cair yang mengandung 7 jenis probiotik. Probiotik dalam PRO EM1 dapat memproduksi metabolit aktif seperti biosurfaktan dan senyawa anti-inflamasi yang membantu tubuh melawan infeksi dari patogen. Khasiat tersebut dari PRO EM1 sudah diteliti dan terbukti dapat memberikan perlindungan terhadap virus, khususnya virus corona.

Jadi, jangan biarkan takut akan varian baru virus korona menghambat aktifitas sehari-harimu dan rencana liburanmu di akhir tahun ini! Tetap waspada dan patuhi prokes kesehatan yang berlaku, dan selalu ingat bahwa sistem imunmu akan selalu ada untukmu, dan tugas kitalah untuk menjaga kondisi sistem imun kita agar dapat menghadapi segala infeksi.


Penulis: dr Gary Alvaro Geson, Peneliti Biochimestry AMRO Institute, dan alumnus University of Wisconsin, Madison, AS.