Pixel Codejatimnow.com

Pria Jombang Hasilkan Uang dari Budi Daya Ulat Kandang

Editor : Rochman Arief  Reporter : Elok Aprianto
Ulat kandang yang dibudidayakan Mahfud mulai terhimpit dengan naiknya harga pakan ternak. (foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Ulat kandang yang dibudidayakan Mahfud mulai terhimpit dengan naiknya harga pakan ternak. (foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Tidak semua ulat memberi dampak buruk. Ada satu jenis ulat yang tengah diburu lantaran bisa menghasilkan uang. Namanya ulat kandang atau alphitobius diaperinus.

Adalah Mahfud (50) warga Dusun Sawi, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang yang membudidayakan ulat kandang.

Saat ini ia memiliki seribu kandang yang ditata rapi di halaman rumahnya. Dari jumlah itu, ia sanggup memanen ulat kandang setiap hari.

Dibantu dengan istrinya Dwi Wahyuni (40), keduanya melayani warga yang membeli ulat kandang. Tak hanya itu, biasanya Wahyuni, juga bertugas menyortir antara ulat dan indukan.

Ditemui di rumahnya, peternak ulat kandang ini menceritakan awal memulai bisnis pakan burung kicau. Dasar ketertarikannya saat ia melihat banyak tetangga yang memelihara burung kicau, 12 tahun silam.

Saat itu banyak tetangga yang kesulitan mencari pakan burung dengan harga murah. Beberapa tetangga menceritakan jika penjual langganannya menjual dengan harga mahal.

Hal itu yang membuat Mahfud melirik bisnis ini. Ia kemudian menabung untuk membeli indukan ulat kandang untuk dibudidayakan di rumah.

“Awalnya cuma punya dua sampai lima kotak ulat kandang. Alhamdulillah lama kelamaan lancar dan bisa bertambah sampai sekarang. Saat ini sekitar seribuan,” ungkapnya, Minggu (27/11/2022).

Ia mengaku dalam membudidayakan larva dari kumbang alphitobisu diaperinus ini diperlukan ketelatenan. Selain itu, harus konsisten memberi pakan dan merawatnya setiap hari.

“Pakannya bisa dari polar, gandum, kemudian merawat indukan, menyasak, panen, menutup kotakan, ya begitulah aktivitas sehar-hari. Harus telaten dan pastinya setiap orang punya cara sendiri, bagaimana agar ulat itu tumbuhnya segar,” katanya.

Baca juga:
Menengok Peternakan Kambing Kontes di Lojejer Jember, Harganya Sampai Rp25 Juta

Dalam tempo tiga bulan, ia sudah bisa merasakan hasil dari budi daya ulat kandang. Hal itulah yang membuat Mahfud dan istrinya lebih semangat dan ingin mengembangkan usahanya.

“Tiga bulan membudidayakan ulat kandang hasilnya mulai dirasakan. Ini membuat saya dan istri lebih semangat untuk memperbanyak budidaya ulat kandang,” paparnya.

Sejauh ini Mahfud menegaskan hasil panen dipengaruhi dari banyaknya kandang. Semakin banyak kandang, hasil panen bisa terdongkrak.

Saat ini rutinitas panennya 40-50 kg dengan harga jual Rp20 ribu per kilogram. Dari hasil panen setiap hari, ia mengaku bisa mendapat omzet Rp25 hingga Rp30 juta per bulan.

Namun demikian, ia mengaku omzetnya mengalami penurunan sekitar 40 persen lantaran harga pakan polar gandum naik.

Baca juga:
Gus Ipul Kukuhkan Agen Pelapor Peternak Peduli Penyakit Hewan

“Kalau pas harga pakan normal itu, setiap bulannya bisa mendapat omzet hingga Rp30 juta. Sekarang mungkin hanya Rp15 jutaan, soalnya harga pakannya naik, tapi harga ulat tidak menggeliat,” paparnya.

Mahfud tidak menampik naiknya pakan ulat kandang ini disebabkan situasi global tak menentu. Akibatnya harga pakan sudah menyentuh Rp220 ribu dari harga normal sekitar Rp180 ribu per saknya. Sementara satu sak di kisaran 40 sampai 50 kilogram-an.

Ia berharap agar situasi global kembali normal, agar hasil budi daya ulat kandang bisa ia rasakan seperti sebelum-sebelumnya.

“Ya ke depannya harga pakan turun, minimal stabil, agar usaha ini kembali lancar dan terus bertahan,” pungkasnya.