Pixel Codejatimnow.com

Budidaya Ulat Hongkong, Pria di Jombang Kebanjiran Cuan

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Ulat Hongkong untuk pakan burung kicau yang ada di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Ulat Hongkong untuk pakan burung kicau yang ada di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Iswoyo (48) warga Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, kebanjiran cuan, usai membudidayakan ulat Hongkong.

Dari usaha yang ia geluti selama 11 tahun itu, Iswoyo mampu mendapatkan uang omzet sebesar R12 juta setiap bulan.

Ditemui di rumahnya, ia mengaku mengawali usaha ini, lantaran disuruh oleh sang kakak yang ada di Kabupaten Blitar. Saat itu sang kakak sudah berbisnis ulat Hongkong, yang biasanya dibuat pakan burung kicauan.

"Awalnya disuruh kakak saya di Blitar. Terus belajar di sana selama sebulan, dan baru akhirnya membuka usaha sendiri di Jombang sekitar tahun 2012 bulan 2," ungkapnya, Senin (5/12/2022).

Ia menjelaskan, yang paling utama dari budidaya ulat Hongkong ini adalah proses penangkaran indukan ulat.

"Awalnya itu pembuatan indukan istilahnya kepik atau kumbang," paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, ulat Hongkong ini dibesarkan sampai berubah menjadi kepompong. Selanjutnya kepompong ini disortir.

Baca juga:
Fakta Bus Pahala Kencana Terbakar di Tol Jombang-Mojokerto

"Setelah dipilah kemudian jadi kumbang, di kasih media. Terus bertelur dan ditetaskan," katanya.

Usai ulat Hongkong menetas, ulat tersebut harus diberi makan ampas tahu. Sampai umur 55 hari baru ulat Hongkong ini bisa dijual.

Setelah menjalani bisnis ulat Hongkong selama 11 tahun, kini Iswoyo memiliki 7.000 kandang. Setiap 10 hari sekali ia bisa memanen ulat Hongkong miliknya.

Lantaran memiliki 7.000 kandang ulat Hongkong, ia mengaku sempat kuwalahan memberikan pakan. Hal ini dikarenakan harga polar mengalami kenaikan.

Baca juga:
8 Caleg Lolos DPRD Jatim dari Dapil 10, Ada Istri Mantan Wabup Jombang

"Mengalami kenaikan ya. Dulu awal saya ternak, harga polar ini 150 ribu rupiah per sak. Sekarang naik 225 per sak," ujarnya.

Kenaikan harga polar ini, lanjut Iswoyo mempengaruhi pendapatannya. Jika keadaan normal ia bisa meraup cuan Rp25 juta hingga Rp30 juta per bulan.

"Kalau sekarang bisa dapat 12 juta rupiah per bulannya," pungkasnya.