Pixel Codejatimnow.com

Begini Cara BKKBN Tekan Angka Stunting di Mojokerto

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Achmad Supriyadi
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati saat membagikan BLT kepada keluarga anak stunting. (Foto: Diskominfo Kabupaten Mojokerto for jatimnow.com)
Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati saat membagikan BLT kepada keluarga anak stunting. (Foto: Diskominfo Kabupaten Mojokerto for jatimnow.com)

jatimnow.com - BKKBN bakal mengadakan promosi kesehatan reproduksi dan percepatan penurunan stunting berbasis pondok pesantren bersama mitra kerja di Ponpes Segoro Agung Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

Acara yang akan dilaksanakan Senin (26/12/2022) mendatang itu juga akan diramaikan dengan hadirnya budayawan Emha Ainun Najib dan Kiai Kanjeng.

Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1000 hari pertama kehidupan yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

"Hal ini disebabkan balita stunting mengalami kekurangan gizi menahun, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya," kata Kepala BKKBN sekaligus Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting, Dr dr Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (14/12/2022).

Kasus balita stunting di Kabupaten Mojokerto cukup meresahkan. Pemkab Mojokerto saling bergandengan tangan atasi balita stunting yang cukup banyak.

Menurut hasil Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, Kabupaten Mojokerto mencapai 27,4 persen atau 25.806 jiwa.

Sedangkan jumlah balita menurut Bupati Mojokerto Ikfina Fatmawati, berjumlah 94.182 jiwa per Januari 2022 berada di atas angka rata-rata nasional 22 persen.

Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengatakan, SSGI itu perlu dikaji ulang yakni dengan monitoring langsung semua balita yang ada melalui Puskesmas dan Posyandu.

"Kita akan pengadaan alat ukur panjang badan. Kita akan bagikan kepada semua posyandu-posyandu di semua desa dan saya minta tolong ukur semua tanpa terkecuali," terang Ikfina.

Inovasi Pemkab Mojokerto Atasi Stunting

Pemkab Mojokerto tidak berpangku tangan, membentuk Tim Percepatan Penurunan Angka Stunting (TPPS) sampai tingkat kecamatan dan desa.

Baca juga:
2.067 warga KPM di Mojokerto Terima Bantuan Cadangan Pangan Tahap Ketiga

Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dijadikan pasukan terdepan. Sejumlah inovasi program digencarkan. Targetnya, menekan angka stunting menjadi 15,96 persen di tahun 2024.

Bupati Ikfina menjelaskan, terdapat dua intervensi pencegahan stunting yakni Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

"Intervensi spesifik, contohnya remaja, calon pengantin,ibu hamil, dan balita. Intervensi sensitif seperti air minum layak, sanitasi layak, penerima bantuan iuran JKN, bantuan tunai bersyarat bantuan sosial pangan, pelayanan KB, menekan angka kehamilan, dan pemberian informasi mengenai stunting," ungkapnya.

Pemkab Mojokerto menggulirkan sejumlah program. Pertama, program intervensi spesifik untuk remaja putri. Yakni Jumat cerita minum tablet zat besi bersama-sama supaya cantik, energik, rajin dan inovatif. Program kedua, Capingmas, calon pengantin masa depan emas.

"Tiga bulan sebelum menikah dilakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium terhadap calon pengantin. Kami bekerja sama dengan pengadilan agama. Tujuannya untuk menekan dispensasi nikah supaya pendewasaan usia nikah bisa kami laksanakan," tuturnya.

Baca juga:
Pasar Murah Ramadan Mojokerto Digelar Hanya 2 Hari, Bupati: Harga Bapok Stabil

Program inovatif ketiga yang digulirkan Bupati Ikfina yaitu Pinarak, pantau ibu janin aman dari risiko kehamilan. Keempat, program Selada Bu Harti, selamatkan dampingi ibu hamil risiko tinggi. Setiap posyandu di Kabupaten Mojokerto mempunyai 1 kader khusus yang bertugas mendampingi ibu hamil resiko tinggi. Terdapat 1.287 posyandu di Bumi Majapahit.

"Untuk ibu bersalin, kami punya program di seluruh puskesmas, yaitu Permen Simela, persalinan aman siap siaga melayani. Jadi, semuanya sudah tercatat prediksi hari persalinan, sudah jelas akan melahirkan di puskesmas mana, dijemput dan diantar," paparnya.

Program keenam adalah Nensi, nenek cantik pejuang ASI untuk ibu-ibu menyusui yang sibuk bekerja. Program ini memberdayakan nenek-nenek agar rajin memberikan ASI kepada cucunya saat ditinggal anaknya bekerja. Tentu saja ASI yang sudah diperah sang ibu. Selanjutnya, program untuk ibu-ibu baru melahirkan agar siap menyusui.

Buli Gasibu menjadi program kedelapan untuk menekan angka stunting di Kabupaten Mojokerto. Yaitu budi daya lele atasi gizi buruk untuk memberi asuhan gizi kepada para balita yang terdeteksi gizi buruk. Program kesembilan adalah Paud Holistik Integratif untuk para batita. Melalui program ini, para guru PAUD diharapkan juga mampu memeriksa kesehatan dan tumbuh kembang anak.

"Kalau program Bude Jamila, buang air dengan jamban bersih dan layak, target kami semua keluarga punya jamban yang layak. Untuk memudahkan monitoring program-program tersebut, kami menunggu aplikasi yang sedang dibuat Diskominfo Kabupaten Mojokerto," pungkas Ikfina.