Pixel Codejatimnow.com

Sepinya Wisata Kampung Heritage Kayutangan Kota Malang

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Achmad Titan
Suasana Kampung Heritage Kota Malang (Foto-foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)
Suasana Kampung Heritage Kota Malang (Foto-foto: Galih Rakasiwi/jatimnow.com)

jatimnow.com - Salah satu destinasi wisata di Kota Malang, Kampung Heritage Kayutangan tampak sepi saat libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) kemarin.

Padahal beberapa waktu lalu, wisata heritage ini sering menjadi jujukan wisatawan untuk masuk ke seluk-beluk perumahan yang berada di kawasan padat penduduk, karena di dalam perkampungan terdapat sejumlah bangunan tua.

Bangunan-bangunan itulah yang menjadi salah satu representasi heritage. Wisatawan dapat berfoto, membeli beragam pilihan kuliner buatan warga, termasuk berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal. Ada beberapa warung kopi di dalam perkampungan tersebut.

Warga setempat merasakan langsung dampak kehadiran wisatawan ke kampungnya. Warung ramai oleh pembeli. Rumah-rumah tua bersolek agar jadi pilihan latar belakang untuk sebar foto di media sosial.

Seiring berjalannya waktu, Pemkot Malang mengubah wajah kawasan Kampung Heritage Kayutangan. Pemkot mempercantik kawasan Jalan Basuki Rahmat yang merupakan jalan raya lalu lintas kendaraan.

Tiang-tiang lampu bernuansa klasik dipasang. Cahaya menguningkan jalanan saat malam hari. Pedestrian diperlebar dan sejumlah kafe mulai bermunculan.

Keriuhan wisatawan pun mulai beralih, yang awalnya berada di dalam perkampungan, kini di pinggir jalan. Kenestapaan penduduk lokal pun mulai terasa. Sebab kampung yang awalnya ramai menjadi sepi.

Ketua RT 2/RW 09, Joni Agus (61) mengatakan pengalamannya bila kondisi wisatawan tidak seramai dulu. Dirinya berjualan makan rumahan bersama istrinya di gang masuk ke Kampung Heritage Kayutangan.

Selama ini, pelanggannya adalah para karyawan yang berkantor di sekitar Jalan Basuki Rahmat. Ketika menjadi tujuan wisata, awalnya banyak orang yang datang untuk beli makan maupun minuman. Namun kini kondisinya tidak lagi seperti itu.

"Jujur saja tidak ada dampak yang begitu besar selama kawasan ini menjadi tempat tujuan wisata. Ya, biasa saja apa yang saya dapat karena sudah ada pelanggan seperti para karyawan," keluh Joni, Rabu (4/1/2023).

Baca juga:
Panduan Wisata Sejarah Kota Kediri: Dari Pecinan hingga Robin Hood di Puncak Maskumambang

Sebab, tidak ada peningkatan yang cukup signifikan meski kawasan Kampung Heritage Kayutangan banyak berubah. Perubahan-perubahan yang dibentuk tak lain untuk mengundang wisatawan datang.

"Saya sudah 23 tahun berjualan di sini. Saya hanya buka pada pagi hingga siang hari. Saya berharap wisatawan bisa masuk ke dalam seperti dulu lagi," harap Joni.

Senada, Rudi Haris, yang akrab disapa Mbah Ndut menerangkan, dulunya wisatawan datang silih berganti ke warung kopinya. Mulai pagi hingga malam hari, tidak ada henti-hentinya ia melayani permintaan kopi pengunjung.

"Kini kondisinya berbeda. Dari 100 persen menjadi 0,01 persen. Padahal kopi saya cukup murah Rp7 ribu dan paling mahal Rp12 ribu. Jika dibanding dengan harga kopi di kafe-kafe pinggir Jalan Basuki Rahmat, sangat jauh terpaut," ungkapnya.

Meski harganya cukup murah, tapi nyatanya tetap saja tidak banyak yang datang. Awalnya Mbah Ndut bisa buka warung setiap hari. Kondisi yang cukup sulit saat ini membuatnya hanya membuka warung pada akhir pekan saja, Sabtu dan Minggu.

Baca juga:
Museum di Surabaya Buka Malam Selama 2 Hari, Catat Waktu dan Harga Tiketnya Rek!

"Kalau siang hari, tidak banyak yang datang ke sini. Apalagi malam hari, tidak ada sama sekali wisatawan yang datang saat ini," keluhnya lagi.

Saking sepinya wisatawan yang datang, ia sering tidak dapat satu rupiah pun dalam sepekan. Kondisi yang cukup sulit diterima Mbah Ndut saat ini. Sebab sebagai orangtua, hanya warung kopilah tempat sumber penghasilan baginya.

"Dulu, sebulan bisa sampai Rp2 juta. Kini, bahkan Rp100 ribu pun pernah terjadi dalam sebulan," ujarnya.

Menurutnya, harus ada terobosan inovasi agar wisatawan mau kembali masuk ke dalam perkampungan. Saat ini, kondisi di dalam kampung kalah populer dibanding di pinggir jalan jauh dari harapan.

"Keinginan kami semoga Pemkot Malang bisa berinovasi agar gairah wisata bisa bangkit kembali di perkampungan warga. Contohnya, lampu-lampu yang ada di luar sana bisa diarahkan ke sini," tandasnya.