Pixel Code jatimnow.com

Kuy! Intip Sejarah 2 Dusun Unik di Sidoarjo, Bokong Duwur dan Bokong Ngisor

Editor : Rochman Arief   Reporter : Zainul Fajar
foto : Gapura Dusun Bokong Ngisor di Sidoarjo. (foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)
foto : Gapura Dusun Bokong Ngisor di Sidoarjo. (foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)

jatimnow.com - Nama dusun dalam bagian desa bisa menjadi identitas yang lekat dengan kisah. Malahan di dalamnya tersemat cerita bertutur turun temurun. Itulah yang tersemat di dua dusun dengan nama unik yang ada di Sidoarjo.

Terletak di ujung barat daya Sidoarjo, dua dusun yang dimaksud adalah "Bokong Duwur" dan "Bokong Ngisor". Nyeleneh tapi unik.

Masuk dalam denah administrasi Desa Klantingsari, Kecamatan Tarik, nama dua dusun tersebut sering menjadi bahan gelak tawa orang awam yang datang, atau yang baru mengetahuinya.

Bagaimana tidak, kata "bokong" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti "pantat" dalam bahasa jawa. Sedangkan kata "duwur dan ngisor" dalam bahasa jawa berarti "tinggi dan rendah".

Hal yang sedikit aneh, dua dusun memiliki ejaan yang unik. Bokongisor tertulis di gapura digandeng, sedangkan Bokong Duwur ditulis terpisah atau diberi spasi di gapura. Tapi penulisan sesuai administrasi, adalah Dusun Bokong Duwur dan Bokong Ngisor.

Kepala Dusun Bokong Duwur, Abdul Rohman saat ditemui menerangkan bahwa banyak cerita yang berkembang di masyarakat, soal awal mula penamaan nama kedua dusun.

Gapura pintu masuk Dusun Bokong Duwur di Desa Klantingsari, Kecamatan Tarik, Sidoarjo. (foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)Gapura pintu masuk Dusun Bokong Duwur di Desa Klantingsari, Kecamatan Tarik, Sidoarjo. (foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)

Baca juga:
Ratusan Pendeta se-Jatim Deklarasikan Dukungan pada Khofifah-Emil di Sidoarjo

Masyarakat setempat percaya bahwa nama dua dusun itu dipengaruhi oleh nama sungai yang melintas di dua dusun unik ini. Nama sungai itu dikenal dengan nama "Sungai Bokong".

"Karena mayoritas penduduk adalah petani, dulu kala untuk mencapai sawah, mbah-mbah harus menyeberangi Sungai Bokong ini. Para petani terpaksa menaikkan kain jarik dan sarung yang dikenakannya sampai ke pantat (bokong). Semakin menyeberang sungai semakin dalam, hingga (jarik dan sarung) naik ke atas pantat," papar Rohman.

Berkat sering melewati daerah itulah, akhirnya dusun ini diberi nama Bokong Duwur. Sebab kain jarik dan sarung yang diangkat hingga di atas pantat. Adapun Dusun Bokong Ngisor karena kain diangkat tidak sampai ke pantat. Dari situlah cerita masyarakat berkembang.

Baca juga:
3 Desa di Sidoarjo Kekeringan, Puluhan Hektare Sawah Gagal Panen

"Ada juga cerita yang berkembang, yang lewat itu bukan petani. Melainkan para bidadari yang sengaja melintas sungai untuk menuju Dusun Telaga yang tidak jauh dari kedua dusun ini," imbuhnya.

Lebih jauh, pria berusia 45 tahun ini menjelaskan belum ada sumber literasi yang jelas tentang awal mula penamaan dua dusun itu. Kendati nama yagn disematkan sedikit menggelitik telinga.

"Saya berharap ke depan ada sumber literasi, agar anak-anak generasi setelah kami mengetahui," pungkasnya.