jatimnow.com - Fenomena kopi sore mulai menjadi trend baru yang digemari remaja milenial di Bojonegoro. Sensasi menikmati secangkir kopi berlatar pemandangan alam, ditambah angin dengan nuansa redup menjadi panorama estetik yang tengah digandrungi di Kota Migas.
Tak heran sejumlah penjual kopi dadakan menjamur di mana-mana. Mulai di trotoar jalan seputar kota, di sejumlah jembatan, di beberapa waduk, hingga di pinggir jalan penghubung antardesa maupun kecamatan.
Sebutan kopi senja populer lantaran para penikmat dan penjual kopi keliling mulai berkumpul dan buka pada saat sore, yakni di kisaran pukul 15.00 WIB dan tutup sekitar pukul 18.00 WIB.
Para penjual kopi ini akrap dijumpai menjajakan dagangannya yang menggunakan motor jadul atau motor matic kekinian. Motor itu kemudian dimodifikasi dengan menambahkan box pada jok belakang, serta ditata sedemikan rupa untuk menyerupai warung kopi mini. Peralatannya cukup lengkap seperti kompor, teko dan berbagai pilihan minuman dalam kemasan.
Pengunjung juga disediakan alas berupa matras dan tikar. Untuk penyajiannya, penjual menggunakan cangkir dan cup cantik berlogo brand kedai kopi keliling yang dimiliki.
Salah satu penjual kopi, Rofiq warga Kecamatan Kalitidu mengungkapkan inspirasi memulai usaha berjualan kopi ini berawal dari temannya yang terlebih dahulu terjun memulai usaha jualan kopi keliling.
Dengan modal seadanya, remaja (16) tahun ini menyulap motor Honda Win 100 menjadi lapak kedai kopi sedarhana.
Kedai kopi berjalan milik Rofik setiap hari dapat dijumpai di jalan area persawahan Desa Sudu Kecamatan Gayam. Tepatnya di sebelah timur flyover gate ExxonMobil Limited.
Lokasi itu dia pilih karena menjadi tempat yang strategis. Menurutnya jalan tidak terlalu ramai, sekaligus dekat Jalan nasional Bojonegoro-Cepu-Ngawi.
Baca juga:
Anggota DPRD Jatim Dr Freddy Hibahkan 500 Buku Koleksi Pribadi ke Perpus Unigoro
Lapak Kopi Rakyat milik Rofik yang berada di Jalan area persawahana Desa Sudu Kecamatan Gayam tepatnya di sebelah timur flyover gate ExsonMobil Limited, (tangkap layar IG)
"Saya ingin menambah pengalaman dan menghasilkan uang sendiri, tidak merepotkan orang tua," ujar siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Bojonegoro itu.
Hal serupa juga digeluti Zacki (23). Pemuda asal Desa Sarirejo, Kecamatan Balen itu juga menjajakan kopi keliling di seputaran Kecamatan/Kota Bojonegoro.
Menurutnya saat ini berjualan kopi keliling cukup potensial. Terlebih budaya 'ngopi' sudah menjadi hal yang wajib pada saat kumpul bersama.
"Ini baru pertama buka, karena memang suka ngopi bareng teman-teman. Jadi, ya buat warung kopi mini yang bisa dibawa ke mana-mana," jelasnya.
Baca juga:
Bojonegoro Catat Pertumbuhan Ekonomi Terendah di Jawa Timur pada Triwulan II 2024
Terpisah, penikmat kopi senja Rizki mengaku kerap menghabiskan waktu sore bersama temannya. Menurutnya sensasi menikmati kopi di tepi jalan sambil melihat hamparan sawah adalah suasana yang baru.
"Suasana ngopi seperti ini ternyata cakep, difoto buat story medsos juga estetik. Harganya juga murah meriah, dari pada di cafe. Pokoknya asik," pungkasnya.
Selanjutnya, Ketua Komunitas Creative Economy Center (CEC) Bojonegoro, Adib Nurdiyanto mengatakan kopi senja adalah wujud ekspresi dan eksistensi remaja di Bojonegoro yang rindu fasilitas ruang terbuka, sekaligus mewakili jiwa remaja dengan nuansa kekinian.
"Seperti halnya di kawasan Jl MH Thamrin Bojonegoro menjawab kerinduan tersebut, dan tentunya ini berdampak pada geliat ekonomi masyarakat yang berjualan kopi di sekitar area tersebut," kata Adip saat dikonfirmasi jatimnow.com, Jumat (26/1/2023).
URL : https://jatimnow.com/baca-54980-menanti-matahari-dengan-secangkir-kopi-di-tepi-sawah-bojonegoro