jatimnow.com - Di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Dusun Genceng, Desa Sendang, Kabupaten Tulungagung terdapat sebuah bangunan yang menyerupai bunker. Sekeliling bangunan penuh dengan ornamen khas Tiongkok. Terdapat sebuah pintu kecil yang berukuran setengah meter, menuju ke ruang bawah tanah.
Bangunan ini disebut sebagai Goa Tan Tik Sioe. Sosok Tak Tik Sioe dikenal sebagai seorang pertapa, sastrawan, pendekar sekaligus ahli pengobatan.
Juru Kunci Goa Tan Tik Sioe, Jito mengatakan terdapat goa ini dulu digunakan untuk bertapa. Selain di wilayah Sendang, terdapat juga goa pertapaan Tan Tik Sioe di wilayah Desa Sumberagung, Kecamatan Rejotangan. Keduanya memiliki fungsi yang sama sebagai tempat bertapa Tan Tik Sioe.
"Mungkin sebagian orang menganggap Goa Tan Tik Sioe sebagai tempat wisata. Namun yang sebenarnya, tempat ini merupakan lokasi pertapaan Tan Tiek Sioe. Atau kita lebih akrab dengan sebutan petilasan," ujarnya, Sabtu (28/1/2023)
Tempat pertapaan ini dulu dinamakan Pondok Harjo. Tan Tiek Sioe mulai bertapa pada tahun 1917 hingga 1922. Hasil dari pertapaanya, Tan Tiek Sioe mahir menulis hingga melahirkan banyak karya sastra.
Setelah bertapa lima tahun di lereng Gunung Wilis, Tan Tiek Sioe pergi ke Singapura hingga akhir hidupnya. Tan Tiek Sioe meninggal tepat pada usia 45 tahun.
Baca juga:
Hadiri HUT YM Mak Co Thian Shang Sheng Mu Mojokerto, Mas Pj Petik Pelajaran Ini
Dia menjadi tokoh yang disegani karena ajaran yang dibawanya. Bahkan beberapa kontribusinya juga diabadikan di beberapa klenteng di Jawa.
"Selain melakukan pertapaan, Tan Tiek Sioe juga meninggalkan ajarannya. Yakni tentang kesabaran dan introspeksi diri. Dia tidak mendoktrinkan sebuah agama tertentu, melainkan hanya mengajarkan soal moral," tuturnya.
Baca juga:
Pemkot Probolinggo Atur Ukuran dan Bentuk Makam Etnis Tionghoa
Hingga saat ini Gua Tan Tiek Sioe masih banyak dikunjungi oleh peziarah dari luar Tulungagung. Bahkan beberapa keturuanan juga masih sering berkunjung ke Goa ini. Beberapa peninggalan Tan Tiek Sioe yang berada di pertapaan lereng Gunung Wilis juga sudah diamankan ke Trowulan. Seperti, guci air minum, pisau, kuningan dan beberapa karya asli miliknya.
"Masih ada peziarah, meski datang satu minggu sekali. Rata-rata mereka datang kesini untuk berdoa," pungkasnya.