Pixel Codejatimnow.com

Mengenang 5 Desa di Sidoarjo yang Hilang Terdampak Bencana Lumpur Lapindo

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Zainul Fajar
Patung di lumpur Lapindo (Instagram: @AdiMrizal)
Patung di lumpur Lapindo (Instagram: @AdiMrizal)

jatimnow.com - Bencana lumpur Lapindo yang terjadi pada tahun 17 tahun silam mengakibatkan banyak wilayah desa di Kabupaten Sidoarjo terendam lumpur dan hilang.

Wilayah administratif desa yang dianggap hilang oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo mayoritas adalah kawasan yang masuk dalam peta atau area terdampak lumpur lapindo.

Banyak dari kita yang belum tahu desa mana saja yang saat ini telah dinyatakan hilang tenggelam akibat bencana lumpur panas yang keluar dari sumur bor milik perusahaan Lapindo Brantas Inc. Berikut adalah beberapa nama desa yang hilang akibat bencana tersebut:

1. Desa Siring, Mindi, Jatirejo dan Renokenongo yang ada di Kecamatan Porong

Keempat Desa tersebut adalah desa yang hilang di wilayah administratif Kecamatan Porong akibat lumpur Lapindo Sidoarjo. Desa yang terletak di Kabupaten Sidoarjo ini, pernah menjadi desa yang ramai dengan aktivitas warganya. Namun, pada tanggal 29 Mei 2006, desa ini dilanda bencana lumpur Lapindo yang mengalir tak terkendali hingga menenggelamkan sebagian besar desa, termasuk rumah-rumah, sawah, dan jalan-jalan.

Bencana lumpur Lapindo Sidoarjo terjadi karena kebocoran sumur gas milik PT Lapindo Brantas. Kejadian tersebut menyebabkan lumpur vulkanik mengalir keluar dari sumur dan membentuk lubang besar di dekatnya. Akibatnya, lumpur terus mengalir keluar dan membanjiri daerah sekitar. Saat ini, lubang tersebut masih tetap terbuka dan lumpur masih terus keluar, mengalir hingga mencapai sekitar 180 ribu meter kubik per hari.

Keempat desa tersebut sebelumnya merupakan desa yang subur dan makmur. Warganya mayoritas adalah petani yang menggantungkan hidup dari hasil bumi. Desa ini juga memiliki potensi pariwisata dengan keindahan sawah yang berundak dan suasana pedesaan yang asri. Namun, setelah terkena dampak lumpur Lapindo, desa ini tidak lagi menjadi desa yang ramai dan produktif.

Monumen lumpur Lapindo (Foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)Monumen lumpur Lapindo (Foto: Zainul Fajar/jatimnow.com)

Baca juga:
Lumpur Menyembur dari Lokasi Mencari Pesugihan Kubur 17 Kerbau?

2. Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin

Desa Ketapang adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Desa Ketapang menjadi salah satu dari beberapa desa yang terendam lumpur Lapindo sejak tahun 2006.

Sejak bencana lumpur Lapindo terjadi, Desa Ketapang menjadi salah satu desa yang terdampak paling parah. Sebagian besar rumah di desa ini tenggelam di dalam lumpur, bahkan ada beberapa bangunan yang hanya meninggalkan atapnya saja yang terlihat di atas permukaan lumpur. Banyak penduduk desa Ketapang yang kehilangan rumah dan harta benda akibat bencana ini.

Selain kerugian materiil, bencana lumpur Lapindo juga membawa dampak psikologis yang besar bagi warga desa Ketapang. Mereka harus kehilangan rumah dan kehidupan yang mereka kenal selama ini, serta harus beradaptasi dengan kondisi yang sangat berbeda di mana lumpur terus mengalir dan menenggelamkan lingkungan sekitar.

Baca juga:
Video: Amblesnya Tanggul Penahan Lumpur Sidoarjo

Banyak masyarakat yang akhirnya kehilangan pekerjaan dan penghidupan akibat bencana tersebut. Mereka harus mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman dan terpaksa meninggalkan rumah dan tanah kelahiran mereka.

Meski pemerintah telah memberikan ganti rugi kepada warga yang terkena dampak, namun tidak dapat menutupi kerugian yang telah dialami. Banyak warga yang merasa kehilangan identitas dan perasaan kehilangan akibat kehilangan tempat tinggal dan lahan yang selama ini telah ditinggali dan dikerjakan.

Bencana lumpur Lapindo Sidoarjo masih terus berlangsung hingga saat ini dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat. Diperlukan kerja keras dan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk menangani dan meminimalisir dampak dari bencana ini. Dari kelima Desa tersebut dapat menjadi contoh nyata betapa bencana alam dapat merusak kehidupan manusia dalam waktu singkat dan perlu adanya perhatian yang serius untuk mengatasi dampaknya.