Pixel Codejatimnow.com

Psikolog Sebut Pelajar SD Gantung Diri di Banyuwangi Alami Depresi

Editor : Rochman Arief  Reporter : Rama Indra S.P
Dosen psikolog Universitas Muhammadiyah, Marini. (foto: dok pribadi for jatimnow.com)
Dosen psikolog Universitas Muhammadiyah, Marini. (foto: dok pribadi for jatimnow.com)

jatimnow.com - Tewasnya pelajar asal Banyuwangi yang memilih gantung diri memancing reaksi banyak pihak. Salah satunya adalah dosen psikolog Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Marini.

Ia mengungkapkan siswa yang gantung diri itu diduga mengalami depresi dan kurangnya penanganan intens dari lingkungan sekitar. Marini mengatakan, bullying atau perundungan adalah bentuk perilaku agresif, yang dilakukan berkali-kali oleh seseorang terhadap orang lain dengan praktik negatif.

"Dampak dari bullying pada korban ini bermacam-macam. Bisa salah menimbulkan depresi, seperti yang dialami korban. Kasus ini sebetulnya sudah memperlihatkan adanya tanda-tanda korban depresi," kata Marini kepada jatimnow.com, saat ditemui di kediamannya, Jumat (3/2/2023).

Sebagaimana diketahui pelajar berinisial MR (11) warga Banyuwangi nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di kamar mandi pada (27/2/2023) lalu. Berdasarkan pemeriksaan sementara, korban kerap menerima perundungan dari teman-teman sekolahnya.

Atas daar itu, lanjut Marini, korban kerap terlihat murung, menyendiri, dan sering mengatakan perasaannya kepada wali kelas maupun wali murid. Seharusnya hal ini perlu direpons dengan kasih sayang yang tepat, karena hal itu tanda-tanda munculnya depresi.

"Orang tua harus menyadari gelagat anak yang berubah. Murungnya buah hati, turunnya minat belajar, kurang minat makan, karena salah satu tanda depresi," jelasnya

Sedangkan, lanjut Marini, dampak paling parah dari kasus perundungan adalah tindakan di luar kewajaran. Terlebih korban masih anak-anak yang pemikirannya belum dewasa. Bisa saja kondisi di sekitarnya kurang mendukung.

Hal yang seharusnya orang tua lakukan adalah menjadi dua figur sekaligus, di saat mengetahui anaknya berubah. Yakni menjadi sosok orang tua sebagai pelindung dan menjadi sosok teman bagi anak.

Baca juga:
Ketua Muslimat Serukan Semua Pihak Cegah Bullying

"Seharusnya orang tua hadir dalam menciptakan rasa aman, baik secara fisik ataupun hadir secara pikiran anak. Dan berfigur sebagai teman untuk berinteraksi lebih, itu juga penting," ungkapnya.

Orang tua diharapkan hadir sebagai pelindung anak, karena hal itu yang dibutuhkan anak. Ia meminta orang tua tidak selalu hadir sebagai orang tua, akan tetapi hadir sebagai teman untuk meluangkan waktu dan berinteraksi.

Selain itu, terang Marini, berbagai pihak harus turut memperhatikan dan menyentuh anak-anak pelaku bullying.

Marini menilai, maraknya prilaku bullying yang dilakukan oleh anak-anak dilatarbelakangi ingin mendapatkan perhatian, dari lingkungannya.

Baca juga:
Gerakan Stop Bullying, SD di Lamongan Punya Yel-Yel Unik Bangun Kesadaran Anak

"Ada dua faktor yang melatarbelakangi anak-anak berani melakukan bullying, yakni faktor internal dan eksternal," terang Marini.

Faktor internal bisa berasal dari lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Sedangkan eksternal dipengaruhi oleh pemahaman si anak, terhadap nilai moral baik dan buruk.

"Bila lingkungan keluarganya keras, anak akan mencontohnya. Jika tidak ada pendidikan prilaku, anak sesuka hati dalam bertindak," bebernya.