Pixel Codejatimnow.com

Buruh Tani Banyuwangi Raup Jutaan Rupiah Lewat Ternak Tawon Klanceng

Editor : Rochman Arief  
Sutekad (53) saat memanen madu tawon klanceng dari papan kayu yang sudah dimodifikasi. (foto Eko Purwanto/jatimnow.com)
Sutekad (53) saat memanen madu tawon klanceng dari papan kayu yang sudah dimodifikasi. (foto Eko Purwanto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Rezeki bisa mengalir dari manapun. Termasuk dari hewan lebah sekalipun. Lewat gerombolan lebah yang dipelihara, buruh tani asal Banyuwangi ini mampu mendulang duit jutaan rupiah.

Adalah Sutekad (53), buruh tani asal Dusun Sumberagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, yang sukses menyulap kotak kayu sederhana jadi sarang lebah klanceng. Kotak itulah yang menjadi sarang duit.

Kepada jatimnow, Sutekad mengaku mampu meraup omzet Rp1 juta sampai Rp2 juta per bulan. Padahal, ide bisnis ini berawal dari kegusarannya akan minimnya penghasilan sebagai buruh tani.

“Hasil jadi buruh sawah tidak cukup. Kemudian saya mikir usaha sampingan biar dapur tetap jalan. Lalu ketemu ide (ternak tawon) ini," ujarnya kepada jatimnow.com, Sabtu (4/3/2023).

Awal mula ide beternak tawon klanceng, lanjut Sutekad, dimulai pada pada tahun 2000. Ketika itu ia memanfaatkan potongan kayu sisa untuk dijadikan sarang tawon.

Selanjutnya, kotak kayu yang dimodifikasi sedemikian rupa, lalu dioles madu tawon klanceng untuk memancing tawon.

“Kotak yang sudah diolesi madu tinggal ditaruh di tengah kebun,” ucapnya.

Satu per satu tawon klanceng menghampir kotak tersebut. Dan itu sudah sesuai harapannya. Lambat laun jumlah tawon yang diternak Sutekad makin bertambah.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

Dari sinilah kemudian Sutekad memanfaatkan tawon klanceng untuk diambil madunya.

Dalam sebulan, Sutekad mengaku bisa mendapat 10 botol madu tawon klanceng. Namun, semua itu tergantung musim bunga di wilayahnya.

“Kalau pas musim bunga biasanya bulan Juli, kalau tidak musim bunga biasanya hasilnya memang berkurang,” katanya.

Agar cuannya tetap mengalir, Sutekad menyiasati minimnya perolehan madu lewat budi daya lebah biasa untuk dipanen larvanya. Selanjutnya, lebah tersebut disetorkan kepada pengepul untuk dimanfaatkan sebagai makanan.

“Biasanya dibuat botok, kalau itu bisa dipanen setiap 20 hari,” ungkapnya.

Baca juga:
KKP Gelontor Dana Rp22 Miliar Bangun Kampung Nelayan Modern di Banyuwangi

Untuk sebotol madu ukuran 80 mili liter, Sutekad membanderolnya seharga Rp200 ribu.

Kini hasil panen Sutekad tidak hanya dinikmati warga Banyuwangi saja. Namun sejumlah pelanggan dari luar Banyuwangi sudah mencicipinya dan menjadi pelanggan.

“Dari Surabaya juga ada yang beli, biasanya dari luar daerah itu membeli secara online, nanti dipaketkan,” tandasnya.

naskah: Eko Purwanto