Pixel Codejatimnow.com

4 Kecamatan di Kabupaten Blitar Ditemukan Kasus LSD Baru, Apa Itu?

Editor : Rochman Arief  Reporter : Bramanta Pamungkas
Petugas saat memberikan vaksin untuk mencegah penyebaran LSD di Kabupaten Blitar. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Petugas saat memberikan vaksin untuk mencegah penyebaran LSD di Kabupaten Blitar. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar menemukan belasan kasus lumpy skin disease (LSD). Yakni penyakit kulit yang disebabkan virus dan menyerang kulit hingga muncul benjolan. Umumnya penyakit ini menyerang hewan ternak seperti sapi dan kerbau atau jenis mamalia lainnya.

Saat ini Pemerintah Kabupaten Blitar tengah menggencarkan vaksinasi lantaran sudah ditemukan kasus di empat kecamatan. Pemkab juga memperketat dengan biosecurty di pasar hewan untuk menekan penyebaran penyakit ini.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar, Nanang Miftahudin mengatakan total terdapat sembila ekor sapi yang sudah terkena penyakit LSD.

Sapi tersebut berasal dari wilayah Kecamatan Talun, Gandusari, Wonotirto dan Binangun. Pada awal tahun ini terdapat lima kasus tersebar di Talun dan Gandusari, namun kini telah ditemukan empat kasus baru di Binangun dan Wonotirto.

"Kasus yang awal sudah sembuh. Namun kini ada kasus baru lagi wi Binangun dan Wonotirto," ujarnya, Kamis (09/3/2023)

Pihak dinas terus melakukan vaksinasi dan pemantauan di lokasi sekitar ditemukannya kasus LSD. Menurut Nanang, penularan LSD ini tidak sama dengan penyakit mulut dan kuku (PMK). Jika PMK bisa menular melalui udara, sedangkan LSD menular melalui perantara seperti nyamuk atau lalat.

Baca juga:
Video: Melihat Kontes Sapi Jumbo di Tulungagung

Penyakit LSD pada sapi disebabkan oleh virus dari keluarga Poxviridae. Sapi yang terinfeksi akan mengalami periode inkubasi selama 5-14 hari sebelum timbul gejala.

Beberapa gejala hewan yang terpapar LSD, di antaranya terdapat bentol-bentol pada kulit sapi berukuran 1-7 centi meter, yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, dan ekor.

"Kami terus melakukan upaya pengendalian. Sejauh ini efektif menekan kasus. Kalau ada kasus langsung dilakukan vaksinasi di ring pertama hingga radius 1 kilometer dari titik lokasi," tuturnya.

Baca juga:
Kasus Lumpy Skin Disease di Trenggalek Naik karena Capaian Vaksin Rendah

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, Pemkab Blitar juga memperketat biosecurity di pasar hewan. Langkah ini dilakukan untuk mencegah terus meluasnya penyebaran virus LSD maupun PMK yang saat ini jumlahnya masih cukup tinggi di Kabupaten Blitar. Kasus PMK pada sapi pada tahun di 2023 ini sendiri sudah tercatat sebanyak 100 ekor sapi.

"Yang terpenting adalah menjaga kebersihan kandang karena secara penularan ini terbilang lambat dibandingkan PMK," pungkasnya.