Pixel Codejatimnow.com

Cara Pedagang Ingatkan Pemkab Bojonegoro Soal Sejarah Pasar Tradisional

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Misbahul Munir
Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Kota Bojonegoro berziarah ke makam mantan Bupati Bojonegoro Raden Adipati Haryo Matahun 1 di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Kota Bojonegoro berziarah ke makam mantan Bupati Bojonegoro Raden Adipati Haryo Matahun 1 di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Kota Bojonegoro berziarah ke makam leluhur mantan Bupati Bojonegoro Raden Adipati Haryo Matahun 1 di Desa Ngraseh, Kecamatan Dander, kabupaten setempat, Jumat (17/3/2023).

Perwakilan pedagang, Mustain mengungkapkan, ziarah makam leluhur ini merupakan upaya para pedagang pasar untuk tetap melestarikan budaya dan sejarah. Ada 50 orang yang ikut dalam kegiatan ini.

"Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Raden Adipati Haryo Matahun 1 ini adalah salah satu leluhur atau Bupati Bojonegoro yang mendirikan pasar tradisional kota," ujar Mustain.

Menurut Mustain, kegiatan ini juga bertujuan untuk menguatkan mental dan menjaga soliditas antar pedagang pasar kota yang tengah berkonflik dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro.

Menurutnya, perseteruan para pedagang dengan Pemkab Bojonegoro yang ingin memindahkan pasar sudah berlangsung hampir 2 tahun.

Bagi mereka, pasar tradisional memiliki nilai historis yang mendalam. Sebab pasar itu menjadi tempat mereka mengais rupiah, dan sudah berlangsung turun-temurun.

Baca juga:
Pasang Surut Penjualan Ikan Hias di Pasar Gunungsari Surabaya

"Tujuannya yakni untuk menjaga soliditas para pedagang pasar sekaligus menguatkan mental. Sebab belakangan ini mulai tumbuh oknum yang hendak memecah belah solidaritas pedagang yang terhitung sudah solid," sambungnya.

Sekedar diketahui, pada prasasti di area makam, disebutkan bahwa Raden Adipati Haryo Matahun 1 adalah Pangeran Sasongko atau Raden Songko, salah satu keturunan Raden Wijaya dari Kerajaan Majapahit darah dari Raja Demak, Raden Patah.

Baca juga:
Satpol PP Probolinggo Tertibkan Pedagang di Trotoar Pasar Semampir

Raden Adipati Haryo Matahun 1 gugur dalam peperangan melawan pasukan Madura dan Sampang di Badholeng wilayah Sedayu, Gresik. Peperangan tersebut terjadi karena Cakra Ningrat dari Madura tidak mau menghadap kepada Susuhunan Pakubuwono II di Kartasura.

Kemudian Raden Adipati Haryo Matahun 1 dan bala tentara jipang dikerahkan untuk menggempur Madura. Namun, Cakra Diningrat saat itu dibantu oleh putranya bernama Raden Temengung Secadiningrat yang merupakan penguasa Sedayu saat itu.

Raden Adipati Haryo Matahun 1 gugur pada Setu (Sabtu) kliwon tanggal 3 bulan ruwah tahun jimakir dalam candra sangkala gana (6) retu (6) obaing (6) jagad (1) atau tahun Jawa 1666 (1735 masehi). Selanjutnya Raden Temengung Kramawijaya putra Raden Adipati Haryo Matahun 1 membawa jasad ayahnya dan dimakamkan di Astana Mojoranu.