Pixel Codejatimnow.com

Khofifah Ajak PTS di Jatim Bantu Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Farizal Tito
Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Musyawarah Wilayah ke-VI APTISI Wilayah VII Jatim di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (Foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)
Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Musyawarah Wilayah ke-VI APTISI Wilayah VII Jatim di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (Foto: Fahrizal Tito/jatimnow.com)

jatimnow.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak perguruan tinggi swasta (PTS) di wilayahnya untuk turut berperan aktif meningkatkan produk alsintan modern pertanian serta menekan angka stunting.

"Sebagai bagian dari pentahelix, perguruan tinggi anggota APTISI bagian strategis untuk bergerak berseiring dengan pemerintah mengatasi masalah dan tantangan di Jawa Timur. Terutama dua masalah strategis yang sedang fokus kita urai, yaitu peningkatan nilai tambah sektor pertanian dan penurunan angka stunting," ujar Khofifah saat membuka Musyawarah Wilayah ke-VI Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah VII Jatim di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Sabtu (18/3/2023).

Khofifah berharap setelah muswil itu ada rekomendasi strategis yang dihasilkan untuk menghadapi masalah peningkatan nilai tambah sektor pertanian maupun stunting.

Sektor pertanian, Khofifah menyebut ada masalah yang sedang dihadapi para petani yaitu alsintan modren. Banyak dari petani yang kesulitan mendapat permodalan untuk membeli alat pertanian modern karena masih ada angsuran KUR.

Oleh sebab itu, Khofifah menyampaikan usulannya agar gapoktan di Jatim bisa mendapatkan kredit KUR dengan sistem grace periode untuk pengadaan alsintan modern.

"Saya sudah terkonfirmasi kalau proses memanen padi pakai harvester, maka bisa mengurangi losses sebesar 9-11%. Kalau produksi padi nasional total sebanyak 32 juta ton, berarti ada 10% yang bisa kita tambahkan," ujar gubernur perempuan pertama di Jatim itu.

Namun sayangnya, saat ini pengadaan alsintan modern bagi petani seperti combine harvester tersebut masih sulit dilakukan karena terkendala akses permodalan mengingat sebagian besat mereka belum lunas KUR-nya.

"Karena ada peraturan kalau sudah ambil KUR dan belum lunas maka tidak bisa mengakses PEN dan sjema lainnya. Inilah mengapa saya usulkan untuk KUR Gapoktan bisa mendapatkan skema pinjaman dengan grace periode 2 tahun InsyaAllah sudah cukup," katanya.

Baca juga:
K3PG Membuka Green Tech, Dorong Kemajuan Pertanian

Khofifah juga menyinggung peranan mesin dryer (pengering) yang dinilaianya sangat penting untuk mengurangi kandungan air dan broken pada beras.

"Jika pengeringannya bagus maka kandungan air pada beras rendah, sehingga beras yang dihasilkan bisa berkualias premium. Oleh karena itu dari Harvester, Dryer, dan RMU, (Rice Milling Unit) itu bisa dihasilkan secara lebih bagus lagi. Maka butuh pinjaman dengan skema grace period," sebutnya.

Khofifah mengajak perguruan tinggi untuk turut andil dalam upaya Pemprov Jatim dalam menekan angka stunting. Hal itu bisa dilakukan misalnya dengan PTS menerjunkan mahasiswa untuk KKN di wilayah-wilayah Jatim yang terindikasi stunting.

"Dengan edukasi bagi warga sekitar, maka saya rasa ini akan melahirkan intervensi yang lebih precise. Meskipun saat ini angka stunting di Jatim 19,2% sudah dibawah standar WHO, tapi saya rasa ini masih memerlukan intervensi yang lebih substanstif," lanjutnya.

Sementara Ketua APTISI Wilayah VII Jatim Suko Wiyono menyebut bahwa selama ini civitas akademika perguruan tinggi swasta didukung oleh yayasan telah berperan aktif dalam mengembangkan SDM Unggul.

Baca juga:
Pemkab Banyuwangi Ciptakan Inovasi Layanan Uji Tanah Berbasis Internet, Apa Itu?

"Anak bangsa harus adaptif pada perkembangan teknologi. Namun, penguatan nilai kebangsaan, nasionalisme harus dikencangkan. Utamanya bagi kalangan milenial yang serba ingin tahu," papar Suko.

Menurut Suko, penting untuk melakukan kolaborasi dalam meningkatkan daya saing perguruan tinggi swasta dan tetap memegang teguh nilai luhur bangsa.

"Kami di PTS berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena sudah banyak PTS yang setara dengan PTN yang ada. Kita harus merawat, memperbaiki, dan memperjuangkan PTS agar tetap progresif serta menjadi bagian dalam pembangunan bangsa," jelas Suko.

"PTS juga punya tanggung jawab besar untuk menunjukan hasil karyanya kepada negeri dengan berbagai inovasi yang terbarukan. Maka PTS harus meningkatkan kolaborasi pentahelix dengan berbagai elemen strategis," tandas Suko.