Pixel Codejatimnow.com

Melihat Tradisi Salat Tarawih Kilat di Blitar, Dijalankan Sejak 1907

Editor : Rochman Arief  Reporter : Bramanta Pamungkas
Jamaah sholat tarawih kilat di Ponpes Mambaul Hikam Mantenan Blitar. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)
Jamaah sholat tarawih kilat di Ponpes Mambaul Hikam Mantenan Blitar. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

jatimnow.com - Ingin mencoba sensasi salat tarawih kilat? Cobalah datang ke Pondok Pesantren Mambaul Hikam, Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Salat tarawih di pesantren ini dilakukan sebanyak 23 rakaat dan selesai dalam tempo 10 menit!

Kabarnya, tradisi salat tarawih kilat ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Bahkan salat tarawih ini tidak hanya diikuti warga sekitar, tapi juga warga dari luar kecamatan juga tertarik untuk mengikuti tradisi tersebut.

Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam, K.H. Dliya’uddin Azzamzami Zubaidi mengatakan salat tarawih kilat ini sudah dilakukan sejak tahun 1907. Tradisi ini dilakukan sejak zaman kakeknya, Mbah Kiai Abdul Ghofur.

Tradisi ini kemudian dilanjutkan putranya yakni Kiai Sulaiman Zuhdi dan diteruskan oleh Kiai Zubaidi Abdul Ghofur.

"Ini merupakan tradisi turun temurun, yang sudah dilakukan sejak tahun 1907," ujarnya, Sabtu (25/03/2023).

Tradisi ini bermula saat Mbah Kiai Abdul Ghofur melakukan syiar di daerah tersebut. Waktu bulan Ramadan, Mbah Kiai Abdul Ghofur menggelar salat tarawih seperti biasanya.

Namun lama kelamaan jamaahnya terus berkurang dan tinggal menyisakan dua orang saja. Mengetahui kondisi ini, Mbah Kiai Abdul Ghofur lalu bertanya kepada warga kenapa enggan mengikuti salat tarawih lagi.

Pengasuh Ponpes Mambaul Hikam, K.H. Dliya’uddin Azzamzami Zubaidi. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)Pengasuh Ponpes Mambaul Hikam, K.H. Dliya’uddin Azzamzami Zubaidi. (foto: Bramanta Pamungkas/jatimnow.com)

Baca juga:
10 Tahun Tinggal di Blitar, Remaja asal Singapura Dideportasi

"Mbah Kiai Abdul Ghofur mencoba mencari tahu penyebabnya mengapa jamaah terus berkurang," tuturnya.

Para jemaah waktu itu mengaku kelelehan usai bekerja di sawah, sehingga tidak mengikuti salat tarawih. Bisa dimaklumi jika mayoritas warga sekitar bekerja sebagai buruh tani hingga sore hari.

Nah, ketika diajak untuk salat tarawih dengan waktu yang lama, warga banyak yang tidak mampu dan mengeluh lelah. Untuk mengatasi hal tersebut, Mbah Kiai Abdul Ghofur berinisiatif mendirikan salat tarawih kilat. Harapannya agar seluruh masyarakat dapat menunaikan ibadah ini.

"Karena ulama pelayan umat, ulama hadir mencarikan solusi agar umat mau beribadah. Ulama hadir harus mencarikan solusi bagaimana umat mau ibadah, kemudian beliau mencarikan solusi salat tarawih dipercepat," terangnya.

Baca juga:
Pengeroyok Santri di Blitar Tak Ditahan, Keluarga Korban Datangi Kejari

Tradisi salat tarawih kilat ini tidak hanya diikuti jamaah dari warga setempat. Beberapa umat muslim dari luar kecamatan juga terlihat antusias menyambutnya.

Salah satunya adalah Rizki, warga Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Ia rela datang jauh jauh hanya untuk mengikuti salat tarawih kilat.

Rizki menilai salat yang dijalankan di Ponpes Mambaul Hikam ini efisien. Cepatnya gerakan salat juga membuatnya jauh lebih semangat untuk mengikuti ibadah khusus di bulan Ramadan.

“Ya karena lebih cepat dan efisien, kemudian gerakannya juga cepat, jadi saya lebih termotivasi untuk cepat selesai menjalankan salat tarawih. Di sini jamaahnya juga banyak, jadi lebih menambah antusias juga," pungkasnya.