Pixel Codejatimnow.com

Inflasi Kota Kediri Selama Lebaran 2023 Malah Turun, Terendah di Jawa Timur

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Yanuar Dedy
Kepala KPw BI Kediri M Choirur Rofiq (kiri) bersama Wali Kota Kediri memantau Bazar Pangan Murah. (Foto: Dinas Kominfo Kota Kediri for jatimnow.com)
Kepala KPw BI Kediri M Choirur Rofiq (kiri) bersama Wali Kota Kediri memantau Bazar Pangan Murah. (Foto: Dinas Kominfo Kota Kediri for jatimnow.com)

jatimnow.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2023, Kota Kediri mengalami inflasi month to month (mtm) sebesar 0,13 persen. Inflasi di periode Lebaran Idul Fitri ini lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri mencatat inflasi bulan Maret sebesar 0,25 persen (mtm), naik dibanding Februari sebesar 0,16 persen (mtm). Angka itu mencatat inflasi year on year (yoy) sebesar 5,36 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,42.

Pada April 2023 ini Kota Kediri mengalami inflasi month to month (mtm) sebesar 0,13 persen. Angka yang bisa dibilang cukup baik, mengingat momen Lebaran biasanya terjadi kenaikan sejumlah bahan pokok dan barang lainnya.

Sementara Inflasi mtm tertinggi di Jawa Timur sebesar 0,45 persen terjadi di Sumenep dan Probolinggo. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, Sumenep juga mengalami inflasi yoy tertinggi sebesar 5,90 persen.

“Pada April 2023, Kota Kediri mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm) atau 4,30% (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,18 dan menjadi Kota dengan inflasi terendah dibandingkan 8 Kota IHK di Jawa Timur,” kata Kepala KPw Bank Indonesia Kediri M Choirur Rofiq, Kamis (4/5/2023).

Inflasi ini, lanjut berdasarkan data BPS karena adanya kenaikan harga secara umum, yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran secara yoy, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,97 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,86 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,96 persen.

Selain itu ada juga kelompok perlegkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesra 4,81 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,75 persen, kelompok transportasi sebesar 13,42 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,50 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,16 persen.

Baca juga:
Uang Palsu Pasca-Lebaran Rentan Bertebaran di Malang, Bisa Picu Inflasi

Lainnya, ada kelompok pendidikan sebesar 4,69 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 3,93 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,78 persen.

“Tekanan inflasi utamanya disebabkan oleh kelompok transportasi dengan komoditas angkutan antar kota dan tarif kereta api. Selain itu, tekanan inflasi juga disebabkan oleh komoditas daging ayam ras, beras, dan emas perhiasan,” tambahnya.

Menurut Rofiq ini merupakan capaian bersama dari Pemerintah Pusat hingga mitra strategis. Termasuk media sebagai kepanjangtanganan mereka untuk menyampaikan informasi-informasi penting selama Lebaran 2023 kemarin.

Baca juga:
Sumenep Hadapi Inflasi Positif, Angkanya Naik Diiringi Pertumbuhan Ekonomi

“Hal tersebut menjadi salah satu capaian bersama dengan semakin kuatnya Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis. Dalam kaitan ini, koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) akan terus dilanjutkan melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” jelasnya.

“Namun, tentu ini bukan hanya peran Bank Indonesia dan Pemerintah saja, media juga. Seperti kita menyampaikan seperti ini belum tentu diketahui oleh masyarakat kalau bukan media,” tandasnya.